Day 10 : Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak
#Day10
#Tantangan11
#KelasBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak
[14/1 20:01] +62 852-6337-0513: Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirahiim,, malam ini kami dari kelompok 10 akan mempresentasikan materi, sebelum nya perkenalkan kami:
>> Erna susilowati, domisili bandarlampung, irt.
>> Julita Kartini, domisili Bukittinggi, irt
>> Santi Hasballah, domisili Sigli Aceh, mompreneur
[14/1 20:01] +62 852-6337-0513: Prolog
Pernahkan Bunda merasa bingung menjawab pertanyaan anak mengenai seksualitas?
Terlebih sampai deg-degan atau malah mengalihkan pertanyaan anak dengan hal lain?
"Kenapa kalau perempuan begini, Ma? Kalau laki-laki begitu?"
"Kenapa perempuan boleh tidak sholat saat menstrusi sedangkan laki-laki tidak pernah?"
"Adik bayi keluarnya dari mana?"
Dan banyak pertanyaan ajaib anak-anak usia balita yang ingin mereka ketahui jawabannya dari orang yang mereka percaya, yakni kedua orang tuanya.
Bagaimana yang terjadi bila orang tua bingung, atau menjawab dengan jawaban asal-asalan yang tidak bijak?
Anak akan mencari tau dari berbagai sumber. Karena anak-anak sekarang anak generasi X yang dihujani oleh kemudahan informasi. Dari mulai televisi, internet, bahkan dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Maka, untuk mencegah itu semua, hendaklah membekali diri menjadi orang tua yang dekat dengan anak.
Di Amerika,
pengenalan pendidikan seksualitas adalah bagaimana interaksi dengan lawan jenis, bagaimana seseorang aman saat melakukan hubungan seks, tidak terjadi kehamilan, mengendalikan kelahiran bahkan mengajarkan posisi saat melakukan hubungan seksual. Anak-anak bisa mendapatkan pelajaran ini dari mulai di sekolah hingga di salah satu web resmi parenting yang bisa di akses bebas oleh setiap anak.
Adakah yang salah dengan pendidikan seksualitas yang demikian?
Karena salah persepsi inilah, maka tingkat adiksi pornografi saat ini makin meningkat. Di Indonesia saja, sudah 97% anak-anak usia sekolah dasar sudah terpapar pornografi. Baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Baik dari media televisi atau dari media sosial lain, games misalnya.
Karena sesungguhnya pendidikan seksualitas adalah bagaimana kita mengenal diri sendiri (penanaman jati diri yang kuat bahwa "Saya adalah laki-laki" atau "Saya adalah perempuan"), bagaimana seharusnya seseorang berpakaian yang sesuai dengan aturan agama, bersosialisasi dengan lingkungan (terutama lawan jenis), berkomunikasi dan berinteraksi.
Jadi,
pendidikan seksualitas tidak sama dengan pendidikan seks.
Menurut beberapa pakar parenting mengenai pendidikan seks :
Ibu Lita Edia, Psi
Pendidikan seks adalah mempelajari tentang perbedaan jenis kelamin, perbedaan peran perempuan dan laki-laki, cara merawat organ biologis, adab interaksi antara perempuan dan laki-laki, mempelajari proses reproduksi dan cara merawatnya, termasuk menpersiapkan ilmu pra-nikah dan adab berhubungan suami-istri.
Beberapa hal ini berkaitan dengan norma yang berlaku, agama yang dianut dan sistem sosial tempat tinggal kita.
Bunda Elly Risman, Psi
Pendidikan seksualitas adalah mengajarkan totalitas kepribadian seseorang, mencakup : cara berpikir, merasa, bereaksi, berbudaya dan beragama serta berinteraksi sosial dalam kapasitas kepribadiannya.
Ust. Harry Santosa
Bahwa pendidikan seksualitas berarti menumbuhkan fitrah gender.
Fitrah gender adalah cara seseorang berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan fitrah sebagai perempuan atau laki-laki sejati, sehingga dapat memenuhi peran, fungsi, dan karakteristik.
Misalnya :
* Anak perempuan memiliki fitrah keperempuanannya, yakni sikap keibuan.
sedangkan *anak laki-laki dengan fitrah kelaki-lakiannya, yakni sikap keayahan.
Bunda Septi Peni Wulandani
Intellectual curiosity anak terhadap seksual bahkan sejak usia dini.
Sehingga pada prinsipnya orang tua memberikan pendampingan terhadap anak mengenai pendidikan seksualitas ini sejak dini dan dilakukan secara bertahap, sesuai dengan jenjang usianya. Selain itu juga harus sesuai dengan aturan agama yang baku yakni berlandaskan Al-Qur'an dan as-sunnah.
Memberikan nama yang sesuai bahasa medis atau kesehatan, misalnya menyebut nama alat kelamin (pada perempuan) bernama vagina dan alat kelamin (laki-laki) adalah penis.
Bahwa di dalam tubuh perempuan terdapat kandungan (rahim) dan payudara yang nanti akan tumbuh fisik dan fungsinya saat beranjak dewasa.
Karena orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak, maka :
Tanamkan nilai (value) baru menjelaskan.
Misal : kalau habis mandi, maka saat keluar dari kamar mandi hendaknya sudah berpakaian rapi. Karena dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan bahwa "Tutuplah auratmu dan tundukkan pandangan". Jadi anak akan tahu bahwa di lingkungan tempat ia berada tidak semua orang menutup aurat. Kalau kita sudah menutup aurat, namun di lingkungannya banyak orang yang tidak melakukan hal yang sama, maka tundukkan pandangan.
Penjelasan pendidikan seksualitas ini harus didampingi oleh kedua orang tua.
Untuk anak perempuan maka yang berkewajiban menjelaskan adalah ibu. Sedangkan untuk anak laki-laki adalah ayah.
Jadi tidak ada yang namanya urusan pendidikan hanya pada Ibu saja. Ayah dan ibu harus bekerja sama dalam hal ini untuk menguatkan karakter anak.
Bila memang pertanyaan anak dirasa terlalu berat untuk dijelaskan, maka orang tua tidak perlu malu untuk mengatakan bahwa "Mama belum bisa menjawab, nak". Hal ini menghindarkan dari kekurang tepatan orang tua dalam menjelaskan.
Ada baiknya orang tua tidak panik dan mencari tahu dahulu sampai sejauh mana pengetahuan anak mengenai hal yang ditanyakan tersebut.
Seperti dalam kisah yang sudah menjadi viral di mana-mana bahwa ada anak tiba-tiba bertanya kepada ibunya saat sang ibu sedang memasak.
"Bu, asalku dari mana?"
Dan tanpa pikir panjang, ibu langsung bercerita tentang pernikahan, proses kehamilan dan akhirnya lahirlah bayi dari perut ibu.
Si anak mengerutkan dahi dan (masih) bertanya lagi,
"Bukan bu...kemarin teman-teman aku bilang, kalau Sinta dari Jogja, Diva dari Solo dan May dari Malang. Lalu aku dari mana, Bu?"
Heemm...geli kan membaca cerita di atas.
Dan orang tua yang panik, bisa jadi menjawab asal sehingga malah membunuh intellectual curiosity anak.
Orang tua tidak tabu menopang fitrah personal anak.
Urutan Pendidikan Seksualitas Sesuai Usia Anak.
Usia 0-5 tahun
Memastikan kedekatan dan kelekatan dengan anak.
Dari mulai bayi melalui fasa menyusui (usia 0-1 tahun) adalah fasa oral. Dimana bagian dari anak yang paling peka adalah mulut.
Lanjut ke usia 1-3 tahun adalah fase anal, dimana anus adalah bagian dari anak yang paling peka.
Dan usia 3-5 tahun adalah fasa phallic yaitu bagian penis atau klitoris adalah bagian yang paling peka.
Maka dari itu orang tua harus mengajari anak bahwa tubuhnya berharga.
Caranya adalah senantiasa meminta ijin apabila ingin memegang daerah kemaluannya. Dengan menyebut nama medis bukan nama absurd.
Misal :
"Adik sudah selesai pipis, mama ijin membersihkan vagina (atau kalau laki-laki, penis) adik yaa..."
Kemudian mengaitkan segala sesuatu dengan perintah Allah. Tentang adab thaharah dalam Islam.
Bahwa umat Islam wajib sholat. Dan bagaimana bisa sholat, maka yang harus diperhatikan adalah kebersihan. Bagaimana bisa dibilang bersih? Maka latih anak (maksimal usia 3 tahun) untuk toilet training. Membiasakan anak untuk pipis dan poop di kamar mandi dan langsung dibersihkan. Tidak memakai popok lagi.
Mengajarkan anak usia batita dan balita memang tidak mudah. Ada baiknya dibalut dengan sesuatu yang disukai anak. Misalnya melalui 3B (Bermain, Bernyanyi, dan Bercerita)
Usia 5-7 tahun
Menjelaskan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tentang mahram, keluarga, dan orang asing.
Menjelaskan tentang aurat. Pentingnya menutup aurat dan menahan pandangan.
Membiasakan anak untuk pisah selimut saat tidur (untuk yang sama jenis kelamin) dan pisah kamar untuk yang berbeda jenis kelamin.
Membiasakan tertib mandi untuk menjaga aurat. Tidak boleh mandi bareng. meskipun memiliki anak yang sama jenis kelamin, apalagi bersama dengan orang tuanya.
Mengajarkan anak untuk percaya pada perasaannya sendiri. Biasanya anak bisa mengenali mana orang dengan niat baik atau tidak baik.
Bila dirasa orang tersebut tidak baik, maka ajarkan anak untuk berkata "Tidak".
Dan yang terakhir adalah menjalin kedekatan dan kelekatan pada anak. Yakinkan pada anak bahwa kita (sebagai orang tua) bisa diajak berbagi rahasia.
Menurut Ust. Harry Santosa.
Usia 5-7 tahun, anak akan belajar mengenai kedekatan paralel.
Ia mampu dekat dengan Ibu dan Ayah.
Dan kedekatan ini mampu dikuatkan dengan mempertegas identitas bahwa anak tersebut perempuan atau laki-laki.
Dan mulai tumbuh sifat egosentris atau individualisme.
Bahwa "Aku adalah perempuan" bagi yang anak perempuan.
Dan "Aku adalah laki-laki" bagi anak lelaki.
Hal inilah yang disebut dengan fitrah seksualitas.
Usia 7-10 tahun
Sumber dari Ust. Harry Santosa, Sifat ego sentrisnya berubah menjadi sosio sentris, yakni sudah memiliki tanggung jawab moral dan syariah.
Pada anak laki-laki diperbanyak kegiatan bersama ayah, seperti sholat berjamaah di masjid bersama ayah, melakukan aktivitas motorik bersama, dan lebih menghayati peran seorang laki-laki atau keayahan.
Hal yang sama juga terjadi pada anak perempuan. Lebih didekatkan pada Ibu dan melakukan aktivitas keibuan, seperti merawat, dan lain sebagainya.
Memisahkan selimut bahkan kamar tidur anak.
Mendidik anak-anak untuk menghindari ikhtilat dan khalwat serta mempelajari kembali etika dalam berhias.
Untuk anak usia ini, sudah mampu diajak berdiskusi. Mengenalkan alat kelamin menggunakan alat peraga yang ada di sekitar kita.
Perbedaan simulasi alat kelamin pada laki-laki dan perempuan
Penjelasan dilakukan oleh ayah atau ibu sesuai dengan jenis kelamin anak
Penjelasan terakhir untuk anak pre-aqil baligh (usia 10-12 tahun) yang disarikan dari Ust. Harry :
Diajarkan begaimana berinteraksi sehat dengan lawan jenis.
Anak laki-laki didekatkan dengan Ibu sedangkan anak perempuan dengan ayah.
Hal ini adalah contoh langsung dari kedua orang tua untuk anak bisa berinteraksi dalam masyarakat.
Puncak perubahan hormonal.
Melatih kepekaan anak dalam bergaul.
Mulai selektif dalam memilih teman.
Mulai dapat memahami tentang kelainan dan adanya penyakit seksual.
Dijelaskan tentang pernikahan dan bahaya pacaran.
Perlunya adab menahan diri
Dan mulai memegang kesepakatan dan aturan mengenai penggunaan gadget, bijak bermain sosmed, serta adanya batasan dalam bermain game (15 jam/minggu).
Perlu dibahas bahaya pornografi yaitu adanya (bahaya) kerusakan otak terutama bagian PFC (pre frontal kortex, pusat otak : tempat mengatur keputusan baik dan buruk).
Kiat menghadapi pertanyaan Anak :
Tetap tenang, menguasai diri dan tidak panik.
(salah satunya dengan menarik nafas panjang and take it easy)
Mengecek seberapa jauh pengetahuan anak mengenai hal yang ingin ia ketahui dengan bertanya "Yang kamu tahu tentang hal itu, apa nak?"
Mengatakan apa yang kita rasakan saat anak bertanya dan mulai memberikan jawaban pendek dan singkat (make it short and simple)
Selalu mengunci jawaban kita dengan norma agama.
Gunakan golden opportunity anak.
Dan Jawaban yang dbutuhkan anak adalah . . .
Bahasa yang sesuai dengan usia dan pemahaman anak
Sesuaikan juga dengan tingkat kecerdasan anak
Bedakan karakter anak dalam menjawab pertanyaan.
Untuk anak introvert : orang tua menyiapkan 10 pertanyaan untuk anak agar bisa digali sejauh mana pemahaman anak mengenai pertanyaan tersebut.
Berbeda dengan anak ekstrovert : orang tua akan menyiapkan 10 jawaban dari pertanyaan anak yang ingin tahunya luas.
Sehingga pesan bunda Elly Risman
"Setiap anak berhak memahami perkembangan dirinya secara akurat dan positif. Dan orang tua wajib memenuhi hak anak tersebut "
RESOLUSI Pengasuhan 2018 oleh Elly Risman, Psi
> Perkuat Ketahanan Ayah Ibu
Saat ini, ketahanan terhadap eksistensi keutuhan ayah dan ibu juga seakan kian goyah. Kita sedang berjuang mempertanggung jawabkan pengasuhan anak kita kepada Allah. Bila ayah ibu sudah mampu bersatu dan kokoh maka ayah ibu harus segera membuat list apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam hal pengasuhan untuk masing-masing anak, agar tangguh hidup di era digital ini.
> Menyicil “Hutang Jiwa” dan Merumuskan Ulang Tujuan Pengasuhan Kita
Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pengasuhan anak, kita harus berusaha mencicil dulu “hutang-hutang jiwa” yang kita buat tak sengaja sepanjang pengasuhannya di tahun-tahun yang lalu. Caranya, dengan lebih banyak memberikan perhatian dan kasih sayang, kesempatan untuk bersama, mendengarkan perasaan anak, dan berdialog tentang kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi. Jangan lupa bahwa tujuan utama pengasuhan adalah untuk menjadikan anak-anak kita menjadi penyembah hanya Allah saja.
> Komunikasi yang Baik, Benar, dan Menyenangkan
Komunikasi tatap muka tak bisa dihilangkan, meski kini komunikasi tersebut telah sangat diringkas dan dihemat dengan adanya perangkat teknologi komunikasi. Biasakanlah untuk tak kehilangan komunikasi tatap muka, bicara baik-baik dan berkata benar, bicara dengan kasih sayang, bicara dengan lemah lembut dan dengan suara yang rendah.
> Mengajarkan Agama Sendiri
Kewajiban kita pada anak adalah memperkenalkan Allah, Rasul-Ny,a dan kitab-Nya serta berbagai aturan dalam kitab suci kita secara langsung pada anak-anak kita. Tidak ada salahnya dan tidak usah malu bila kita harus belajar “bersama” anak, karena itu lebih benar dan mulia dibandingkan mensubkontrakkannya ke tangan orang atau institusi lain. Kita perlu memantau pemahaman dan penterapannya sepanjang kehidupan mereka sehari-hari.
> Persiapkan Anak Baligh
Tanggung jawab persiapan baligh ini tidak sederhana dan tidak bisa dianggap sepele. Karena begitu anak baligh yang artinya dia telah sampai ke tahapan dewasa, berarti hukum agama sudah berlaku baginya. Orang tua sudah harus mempersiapkan anak pelan-pelan dengan penjelasan yang sederhana apa yang akan dihadapi anak pada masa pubertasnya sejak di atas usia 7 tahun. Dari segi ibadahnya, menjaga tubuhnya, berpakaian, pisahkan tempat tidurnya, pergaulan dengan keluarga maupun teman dan sekitarnya dan berbagai adab hidup lainnya.
> Bijaklah Berteknologi
Berilah anak perangkat teknologi sesuai dengan batasan umurnya, dan mulai dengan perangkat yang sederhana fungsinya. Itu saja juga tidak cukup, tapi harus disempurnakan dengan pendampingan, dialog, dan diskusi dan pembuatan peraturan berikutnya sesuai dengan meningkatnya usia. Ayah ibu harus menjelaskan pada anak bahaya pornografi, kriminalitas, berbagai jenis narkoba dan kemungkinan kejahatan melalui perangkat tersebut.
> Pilihlah Teman dan Lingkungan yang Baik untuk Anak kita
Lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian anak kita menjadi lebih baik.
Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.
(HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344)
Do’a Orang Tua kepada Allah Ta’ala agar Dikaruniai Anak yang Baik
Selalu do’akan kebaikan untuk anak kita, dimanapun berada senantiasa dalam lindungan-Nya. Ikhlaskan anak kita jika dia keluar dari pintu rumah, kembalikan anak kita kepada Sang Pencipta, karena anak kita adalah titipan maka harus kita jaga dengan baik, karena titipan tersebut akan di pertanggungjawabkan kelak di akhirat, tugas kita memberikan yang terbaik untuknya, menjaga dan merawatnya.
[14/1 20:15] IIP Mba Zy: Ada yg nanya..
🙋🏻 Jika anak sudah terpapar konten pornografi, katanya otak bagian frontal cortex akan rusak. Sehingga di usia dewasanya ia tdk bisa mengendalikan diri, mengenal baik jelek-benar salah.
Apakah teman2 tahu cara penanggulangan awalnya, selain terapi ke psikolog?
[14/1 20:20] IIP Maya: Mau Tanya , menyambung Tanya-jawab kelompok kemaren . Jika memasak + pekerjaan rumah bukan termasuk fitrah Seorang perempuan berumahtangga, boleh dijelaskan fitrah yang bagaimanakah yang benar?
[14/1 20:21] +62 852-7585-8585: Ada yg nanya..
🙋🏻 Jika anak sudah terpapar konten pornografi, katanya otak bagian frontal cortex akan rusak. Sehingga di usia dewasanya ia tdk bisa mengendalikan diri, mengenal baik jelek-benar salah.
Apakah teman2 tahu cara penanggulangan awalnya, selain terapi ke psikolog?
Jawab :
Kerusakan otak akibat pornografi memang sangat parah ya seperti orang tabrakan dg truk dan anak yg terpapar dg pornografi nampak seperti anak yg lainnya bahkan ada berprestasi dibidang akademik.. efek nya kalau kan bikin nagih sehingga dia akan melakukan hal2 yg lebih lagi.. saran saya keluarga harus mendampingi bunda dan dibawa ke psikolog.. karena proses terpapar ini kan lama yaa dari anak 2.. Jd keluarga jg harus sabar.. demikian mba zy, mungkin ada bunda lain yg mau nambahin
[14/1 20:23] +62 812-7232-3511: Nambahin bunda santi.
Bila anak sudah terpapar pornografi
1. Tumbuhkan kesadaran anak bahwa pornigrafi berbahaya, menumbuhkan kesadaran diri anak utk berhenti melakukan aktivitas yg berbau pornografi
2. Memberi anak kemampuan utk mengatasi blast "boring, lonely, angry, stress & tired"
3. Mencari alternative kegiatan positif.
[14/1 20:26] IIP Mba Zy: Teman saya ada yg menanggapi hal ini juga..
Ohya, frontal cortex itu kan berkembang terus. Ada yang namanya neuroplasticity. Otak masih bisa berkembang.
Penanggulangan awal itu disebut awal apabila anak diketahui lebih dini suka pakai gadget, dsb. Kalau sudah terpapar pornografi apalagi tingkatnya sudah berat, tak bisa lagi dengan penanggulangan awal. Sebaiknya konsul ke ahlinya (Dr. Amir Zuhdi, ahli Neurosains) atau psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati.
Sebetulnya bukan frontal cortex yang rusak, tetapi PFC-nya yang tidak berkembang. Oleh sebab itu, berikan aktivitas yang merangsang PFC. PFC tidak aktif bukan hanya terjadi pada yang terpapar pornografi, tetapi juga pada orang yang mudah sedih, galau, temperamen, dan teman-temannya..
[14/1 20:27] +62 852-7585-8585: Mau Tanya , menyambung Tanya-jawab kelompok kemaren . Jika memasak + pekerjaan rumah bukan termasuk fitrah Seorang perempuan berumahtangga, boleh dijelaskan fitrah yang bagaimanakah yang benar?
Menurut saya fitrah kebundaan itu kasih sayang, perhatian, membersamai dan mendidik anak anak dg happy bunda..
Memasak dan beres2 rumah bisa didelegasikan
[14/1 20:29] +62 852-7585-8585: Aktivitas yg merangsang PFC misalnya gimana mba zy ?
[14/1 20:30] +62 852-7585-8585: Memasak dan pekerjaan rumah bisa sambil belajar bun.. seperti saya skrng lagi belajar masak 🙈
[14/1 20:32] +62 812-7232-3511: Pre Frontal Cortex (PFC) atau bagian otak depan anak adalah bagian otak yang menjadi rusak jika telah kecanduan pornografi.
fungsi dari PFC pada otak untuk merencanakan, mengendalikan emosi, mengambil keputusan, dan berpikir kritis dan lainnya.
[14/1 20:33] IIP Mba Zy: Dekatkan diri pada Tuhan
Ikuti kegiatan sosial
Hindari mengurung diri di kamar atau berlama-lama di kamar mandi
Perbanyak olahraga agar pikiran tidak menjurus ke arah pornografi
Jauhi semua hal yang berbau pornografi misalnya situs porno, film porno, majalah dewasa, atau cerita dewasa
Ceritakan masalah Anda pada keluarga atau orang yang Anda percaya agar Anda bisa mendapatkan dukungan dan support
[14/1 20:34] +62 812-7232-3511: Aktivitas yg bisa merangsang pfc, kita bisa mengajak anak utk membuat & melaksanakan family project.
Disitu kita dilatih scr emosi utk bekerjasama, n mengambil keputusan.
[14/1 20:39] +62 852-7585-8585: Dan di ibu profesional pijakan yg pertama adalah bunda sayang salah satu nya untuk membangkitkan fitrah kebundayaan kita baru tahap selanjutnya bunda cekatan
Kalau belum punya anak bisa langsung ke bunda cekatan dulu
[14/1 20:41] +62 856-9556-7478: saya boleh menambahkan ya bun..
saya sependapat bahwa tidak bisa memasak dan mengurus rumah bagi perempuan bukanlah penyimpangan dari fitrah seksualitas, karena memasak dan mengurus rumah bisa didelegasikan pada orang lain jika memiliki keuangan yg cukup. Seperti yg kita tahu, fitrah seorang ibu itu salah satunya mendidik anak, bhkan kata ibu Elly risman, lebih baik catering saja, jika waktu memasak banyak menyita waktu kita mendidik anak.
Namun, diluar itu, perempuan seperti itu tetap harus berlatih untuk mampu memanage dan mengontrol aspek yg berhubungan dengan kebutuhan keluarganya nanti. Jadi, peran keibuan yg menjadi ranahnya tetap harus dibawah kendalinya, seperti siapnya makanan untuk keluarga pada waktunya, siapnya baju kantor untuk dipakai besok oleh suaminya, dan sebagainya. Ia sebaiknnya ttp harus mempunyai kemampuan memantau seperti itu untuk menjadi partner yg baik bagi suaminya, meski ia tak pandai memasak langsung, atau tak lihai mengurus rumah secara langsung. Kemampuan tersebut mendorong terciptanya keseimbangan dan keharmonisan didalam rumah tangganya kelak. Bukankah fitrah peran istri/ibu adalah "sang harmoni" dan "berbasis pengorbanan", seperti yg tuangkan Ustadz Harry Santosa dalam bukunya, Fitrah Based Education. Perannya sebagai sang harmoni diantaranya menciptakan suasana harmonis dalam rumahnya, termasuk kemampuan memanage dan melayani dg segenap pengorbanan bagi keluarganya.
Sy jg masih terus blajar ttg hal ini.. masih newbie😅
[14/1 20:44] IIP Yeni Mulia: 🙋
Bertanya juga.... Gambar ini bikin makin penasaran ttg pertanyaan saya td malam...:
Jika anak perempuan 4thn blm tau perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan (blm pernah melihat dan blm pernah bertanya), apakah orang tua perlu sengaja menjelaskan? Kami belum ketemu moment yg pas... tp khawatir jg kl terlambat menjelaskannya.
[14/1 20:46] +62 812-7232-3511: Mnrt ibu elly risman, penjelasan ttg perbedaan bisa dilakukan rentang 7-10thn
Utk anak perempuan oleh ibu, n anak lelaki oleh ayahnya.
[14/1 20:47] IIP Yeni Mulia: Jadi kl anak 4th blm tau bedanya brarti normal/tdk terlambat ya, Bun..? Jadi saya ga perlu cari2 kesempatan untuk menerangkan sekarang ya...
[14/1 20:48] +62 852-6000-3303: klo menurut sy, tggu ank siap br diberi pnjlasan. murid siap, guru dtg.
[14/1 20:51] +62 852-7585-8585: Menurut saya belum perlu bun.. itu untuk anak umur 7-10 tahun
Tunggu momen yg tepat aja bun ketika ananda bertanya, dan kita menjelaskan dg santai dan upayakan tidak menimbulkan pertanyaan lanjutan dg menanyakan dulu udah sejauh mana yg ananda tau..
Seperti ulasan di prolog materi kami bunda.. anaknya bertanya dia darimana ? Dan sang ibu panjang lebar bercerita mulai nikah dg ayah, hamil dan keluar dede
Padahal yg ditanya asal nya darimana misal dari jakarta gitu bunda
Anaknya malah bingung
[14/1 20:56] IIP Yeni Mulia: Baik, Bunda... Syukran... jd tenang sekarang dgn keterangan Bundas dan teori dr bu Elly ini.
[14/1 20:57] IIP Yeni Mulia: Satu lagi pertanyaan, boleh ya Bun..
Dengan makin rusaknya lingkungan oleh berbagai kelainan dan kejahatan seksual, menurut Bunda apakah berlebihan kl ortu jd takut melepas anak untuk sekolah terutama di usia dini/pra mukallaf, let'say sblm 10 thn dimana anak secara fisik dan mental sdh lbh "kuat". Sekarang bahkan tdk ada jaminan sekolah yg bonafide sekalipun aman dari kejahatan seksual oleh oknum2.
[14/1 21:00] +62 852-6337-0513: Kalau menurut saya pribadi tidak berlebihan bund,, memang sudah kodrat ny kita merasa cemas jika trjadi sesuatu dgn anak, apalagi anak masih mudah terpengaruh lingkungan, tapi bisa di lepas jg bermain sama teman sebaya, tetap dibawah pengawasan ortu..
[14/1 21:03] +62 852-7585-8585: Ini juga kekhawatiran terbesar saya bunda.. insyaallah mau menerapkan resolusi pengasuhan anak tahun 2018 oleh bunda Elly Risman sambil berdoa dan mendampingi ananda, yg paling penting tanamkan nilai2 islam bahwa kemana pun kita melangkah
Allah maha melihat
Allah maha menyaksikan
Allah maha mengetahui
Selanjutnya serahkan sama yg diatas. Ini sebagai imun yg kita berikan, kita juga ga bisa mengurung anak dari dunia luar
#Tantangan11
#KelasBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak
[14/1 20:01] +62 852-6337-0513: Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirahiim,, malam ini kami dari kelompok 10 akan mempresentasikan materi, sebelum nya perkenalkan kami:
>> Erna susilowati, domisili bandarlampung, irt.
>> Julita Kartini, domisili Bukittinggi, irt
>> Santi Hasballah, domisili Sigli Aceh, mompreneur
[14/1 20:01] +62 852-6337-0513: Prolog
Pernahkan Bunda merasa bingung menjawab pertanyaan anak mengenai seksualitas?
Terlebih sampai deg-degan atau malah mengalihkan pertanyaan anak dengan hal lain?
"Kenapa kalau perempuan begini, Ma? Kalau laki-laki begitu?"
"Kenapa perempuan boleh tidak sholat saat menstrusi sedangkan laki-laki tidak pernah?"
"Adik bayi keluarnya dari mana?"
Dan banyak pertanyaan ajaib anak-anak usia balita yang ingin mereka ketahui jawabannya dari orang yang mereka percaya, yakni kedua orang tuanya.
Bagaimana yang terjadi bila orang tua bingung, atau menjawab dengan jawaban asal-asalan yang tidak bijak?
Anak akan mencari tau dari berbagai sumber. Karena anak-anak sekarang anak generasi X yang dihujani oleh kemudahan informasi. Dari mulai televisi, internet, bahkan dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Maka, untuk mencegah itu semua, hendaklah membekali diri menjadi orang tua yang dekat dengan anak.
Di Amerika,
pengenalan pendidikan seksualitas adalah bagaimana interaksi dengan lawan jenis, bagaimana seseorang aman saat melakukan hubungan seks, tidak terjadi kehamilan, mengendalikan kelahiran bahkan mengajarkan posisi saat melakukan hubungan seksual. Anak-anak bisa mendapatkan pelajaran ini dari mulai di sekolah hingga di salah satu web resmi parenting yang bisa di akses bebas oleh setiap anak.
Adakah yang salah dengan pendidikan seksualitas yang demikian?
Karena salah persepsi inilah, maka tingkat adiksi pornografi saat ini makin meningkat. Di Indonesia saja, sudah 97% anak-anak usia sekolah dasar sudah terpapar pornografi. Baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Baik dari media televisi atau dari media sosial lain, games misalnya.
Karena sesungguhnya pendidikan seksualitas adalah bagaimana kita mengenal diri sendiri (penanaman jati diri yang kuat bahwa "Saya adalah laki-laki" atau "Saya adalah perempuan"), bagaimana seharusnya seseorang berpakaian yang sesuai dengan aturan agama, bersosialisasi dengan lingkungan (terutama lawan jenis), berkomunikasi dan berinteraksi.
Jadi,
pendidikan seksualitas tidak sama dengan pendidikan seks.
Menurut beberapa pakar parenting mengenai pendidikan seks :
Ibu Lita Edia, Psi
Pendidikan seks adalah mempelajari tentang perbedaan jenis kelamin, perbedaan peran perempuan dan laki-laki, cara merawat organ biologis, adab interaksi antara perempuan dan laki-laki, mempelajari proses reproduksi dan cara merawatnya, termasuk menpersiapkan ilmu pra-nikah dan adab berhubungan suami-istri.
Beberapa hal ini berkaitan dengan norma yang berlaku, agama yang dianut dan sistem sosial tempat tinggal kita.
Bunda Elly Risman, Psi
Pendidikan seksualitas adalah mengajarkan totalitas kepribadian seseorang, mencakup : cara berpikir, merasa, bereaksi, berbudaya dan beragama serta berinteraksi sosial dalam kapasitas kepribadiannya.
Ust. Harry Santosa
Bahwa pendidikan seksualitas berarti menumbuhkan fitrah gender.
Fitrah gender adalah cara seseorang berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan fitrah sebagai perempuan atau laki-laki sejati, sehingga dapat memenuhi peran, fungsi, dan karakteristik.
Misalnya :
* Anak perempuan memiliki fitrah keperempuanannya, yakni sikap keibuan.
sedangkan *anak laki-laki dengan fitrah kelaki-lakiannya, yakni sikap keayahan.
Bunda Septi Peni Wulandani
Intellectual curiosity anak terhadap seksual bahkan sejak usia dini.
Sehingga pada prinsipnya orang tua memberikan pendampingan terhadap anak mengenai pendidikan seksualitas ini sejak dini dan dilakukan secara bertahap, sesuai dengan jenjang usianya. Selain itu juga harus sesuai dengan aturan agama yang baku yakni berlandaskan Al-Qur'an dan as-sunnah.
Memberikan nama yang sesuai bahasa medis atau kesehatan, misalnya menyebut nama alat kelamin (pada perempuan) bernama vagina dan alat kelamin (laki-laki) adalah penis.
Bahwa di dalam tubuh perempuan terdapat kandungan (rahim) dan payudara yang nanti akan tumbuh fisik dan fungsinya saat beranjak dewasa.
Karena orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak, maka :
Tanamkan nilai (value) baru menjelaskan.
Misal : kalau habis mandi, maka saat keluar dari kamar mandi hendaknya sudah berpakaian rapi. Karena dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan bahwa "Tutuplah auratmu dan tundukkan pandangan". Jadi anak akan tahu bahwa di lingkungan tempat ia berada tidak semua orang menutup aurat. Kalau kita sudah menutup aurat, namun di lingkungannya banyak orang yang tidak melakukan hal yang sama, maka tundukkan pandangan.
Penjelasan pendidikan seksualitas ini harus didampingi oleh kedua orang tua.
Untuk anak perempuan maka yang berkewajiban menjelaskan adalah ibu. Sedangkan untuk anak laki-laki adalah ayah.
Jadi tidak ada yang namanya urusan pendidikan hanya pada Ibu saja. Ayah dan ibu harus bekerja sama dalam hal ini untuk menguatkan karakter anak.
Bila memang pertanyaan anak dirasa terlalu berat untuk dijelaskan, maka orang tua tidak perlu malu untuk mengatakan bahwa "Mama belum bisa menjawab, nak". Hal ini menghindarkan dari kekurang tepatan orang tua dalam menjelaskan.
Ada baiknya orang tua tidak panik dan mencari tahu dahulu sampai sejauh mana pengetahuan anak mengenai hal yang ditanyakan tersebut.
Seperti dalam kisah yang sudah menjadi viral di mana-mana bahwa ada anak tiba-tiba bertanya kepada ibunya saat sang ibu sedang memasak.
"Bu, asalku dari mana?"
Dan tanpa pikir panjang, ibu langsung bercerita tentang pernikahan, proses kehamilan dan akhirnya lahirlah bayi dari perut ibu.
Si anak mengerutkan dahi dan (masih) bertanya lagi,
"Bukan bu...kemarin teman-teman aku bilang, kalau Sinta dari Jogja, Diva dari Solo dan May dari Malang. Lalu aku dari mana, Bu?"
Heemm...geli kan membaca cerita di atas.
Dan orang tua yang panik, bisa jadi menjawab asal sehingga malah membunuh intellectual curiosity anak.
Orang tua tidak tabu menopang fitrah personal anak.
Urutan Pendidikan Seksualitas Sesuai Usia Anak.
Usia 0-5 tahun
Memastikan kedekatan dan kelekatan dengan anak.
Dari mulai bayi melalui fasa menyusui (usia 0-1 tahun) adalah fasa oral. Dimana bagian dari anak yang paling peka adalah mulut.
Lanjut ke usia 1-3 tahun adalah fase anal, dimana anus adalah bagian dari anak yang paling peka.
Dan usia 3-5 tahun adalah fasa phallic yaitu bagian penis atau klitoris adalah bagian yang paling peka.
Maka dari itu orang tua harus mengajari anak bahwa tubuhnya berharga.
Caranya adalah senantiasa meminta ijin apabila ingin memegang daerah kemaluannya. Dengan menyebut nama medis bukan nama absurd.
Misal :
"Adik sudah selesai pipis, mama ijin membersihkan vagina (atau kalau laki-laki, penis) adik yaa..."
Kemudian mengaitkan segala sesuatu dengan perintah Allah. Tentang adab thaharah dalam Islam.
Bahwa umat Islam wajib sholat. Dan bagaimana bisa sholat, maka yang harus diperhatikan adalah kebersihan. Bagaimana bisa dibilang bersih? Maka latih anak (maksimal usia 3 tahun) untuk toilet training. Membiasakan anak untuk pipis dan poop di kamar mandi dan langsung dibersihkan. Tidak memakai popok lagi.
Mengajarkan anak usia batita dan balita memang tidak mudah. Ada baiknya dibalut dengan sesuatu yang disukai anak. Misalnya melalui 3B (Bermain, Bernyanyi, dan Bercerita)
Usia 5-7 tahun
Menjelaskan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tentang mahram, keluarga, dan orang asing.
Menjelaskan tentang aurat. Pentingnya menutup aurat dan menahan pandangan.
Membiasakan anak untuk pisah selimut saat tidur (untuk yang sama jenis kelamin) dan pisah kamar untuk yang berbeda jenis kelamin.
Membiasakan tertib mandi untuk menjaga aurat. Tidak boleh mandi bareng. meskipun memiliki anak yang sama jenis kelamin, apalagi bersama dengan orang tuanya.
Mengajarkan anak untuk percaya pada perasaannya sendiri. Biasanya anak bisa mengenali mana orang dengan niat baik atau tidak baik.
Bila dirasa orang tersebut tidak baik, maka ajarkan anak untuk berkata "Tidak".
Dan yang terakhir adalah menjalin kedekatan dan kelekatan pada anak. Yakinkan pada anak bahwa kita (sebagai orang tua) bisa diajak berbagi rahasia.
Menurut Ust. Harry Santosa.
Usia 5-7 tahun, anak akan belajar mengenai kedekatan paralel.
Ia mampu dekat dengan Ibu dan Ayah.
Dan kedekatan ini mampu dikuatkan dengan mempertegas identitas bahwa anak tersebut perempuan atau laki-laki.
Dan mulai tumbuh sifat egosentris atau individualisme.
Bahwa "Aku adalah perempuan" bagi yang anak perempuan.
Dan "Aku adalah laki-laki" bagi anak lelaki.
Hal inilah yang disebut dengan fitrah seksualitas.
Usia 7-10 tahun
Sumber dari Ust. Harry Santosa, Sifat ego sentrisnya berubah menjadi sosio sentris, yakni sudah memiliki tanggung jawab moral dan syariah.
Pada anak laki-laki diperbanyak kegiatan bersama ayah, seperti sholat berjamaah di masjid bersama ayah, melakukan aktivitas motorik bersama, dan lebih menghayati peran seorang laki-laki atau keayahan.
Hal yang sama juga terjadi pada anak perempuan. Lebih didekatkan pada Ibu dan melakukan aktivitas keibuan, seperti merawat, dan lain sebagainya.
Memisahkan selimut bahkan kamar tidur anak.
Mendidik anak-anak untuk menghindari ikhtilat dan khalwat serta mempelajari kembali etika dalam berhias.
Untuk anak usia ini, sudah mampu diajak berdiskusi. Mengenalkan alat kelamin menggunakan alat peraga yang ada di sekitar kita.
Perbedaan simulasi alat kelamin pada laki-laki dan perempuan
Penjelasan dilakukan oleh ayah atau ibu sesuai dengan jenis kelamin anak
Penjelasan terakhir untuk anak pre-aqil baligh (usia 10-12 tahun) yang disarikan dari Ust. Harry :
Diajarkan begaimana berinteraksi sehat dengan lawan jenis.
Anak laki-laki didekatkan dengan Ibu sedangkan anak perempuan dengan ayah.
Hal ini adalah contoh langsung dari kedua orang tua untuk anak bisa berinteraksi dalam masyarakat.
Puncak perubahan hormonal.
Melatih kepekaan anak dalam bergaul.
Mulai selektif dalam memilih teman.
Mulai dapat memahami tentang kelainan dan adanya penyakit seksual.
Dijelaskan tentang pernikahan dan bahaya pacaran.
Perlunya adab menahan diri
Dan mulai memegang kesepakatan dan aturan mengenai penggunaan gadget, bijak bermain sosmed, serta adanya batasan dalam bermain game (15 jam/minggu).
Perlu dibahas bahaya pornografi yaitu adanya (bahaya) kerusakan otak terutama bagian PFC (pre frontal kortex, pusat otak : tempat mengatur keputusan baik dan buruk).
Kiat menghadapi pertanyaan Anak :
Tetap tenang, menguasai diri dan tidak panik.
(salah satunya dengan menarik nafas panjang and take it easy)
Mengecek seberapa jauh pengetahuan anak mengenai hal yang ingin ia ketahui dengan bertanya "Yang kamu tahu tentang hal itu, apa nak?"
Mengatakan apa yang kita rasakan saat anak bertanya dan mulai memberikan jawaban pendek dan singkat (make it short and simple)
Selalu mengunci jawaban kita dengan norma agama.
Gunakan golden opportunity anak.
Dan Jawaban yang dbutuhkan anak adalah . . .
Bahasa yang sesuai dengan usia dan pemahaman anak
Sesuaikan juga dengan tingkat kecerdasan anak
Bedakan karakter anak dalam menjawab pertanyaan.
Untuk anak introvert : orang tua menyiapkan 10 pertanyaan untuk anak agar bisa digali sejauh mana pemahaman anak mengenai pertanyaan tersebut.
Berbeda dengan anak ekstrovert : orang tua akan menyiapkan 10 jawaban dari pertanyaan anak yang ingin tahunya luas.
Sehingga pesan bunda Elly Risman
"Setiap anak berhak memahami perkembangan dirinya secara akurat dan positif. Dan orang tua wajib memenuhi hak anak tersebut "
RESOLUSI Pengasuhan 2018 oleh Elly Risman, Psi
> Perkuat Ketahanan Ayah Ibu
Saat ini, ketahanan terhadap eksistensi keutuhan ayah dan ibu juga seakan kian goyah. Kita sedang berjuang mempertanggung jawabkan pengasuhan anak kita kepada Allah. Bila ayah ibu sudah mampu bersatu dan kokoh maka ayah ibu harus segera membuat list apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam hal pengasuhan untuk masing-masing anak, agar tangguh hidup di era digital ini.
> Menyicil “Hutang Jiwa” dan Merumuskan Ulang Tujuan Pengasuhan Kita
Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pengasuhan anak, kita harus berusaha mencicil dulu “hutang-hutang jiwa” yang kita buat tak sengaja sepanjang pengasuhannya di tahun-tahun yang lalu. Caranya, dengan lebih banyak memberikan perhatian dan kasih sayang, kesempatan untuk bersama, mendengarkan perasaan anak, dan berdialog tentang kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi. Jangan lupa bahwa tujuan utama pengasuhan adalah untuk menjadikan anak-anak kita menjadi penyembah hanya Allah saja.
> Komunikasi yang Baik, Benar, dan Menyenangkan
Komunikasi tatap muka tak bisa dihilangkan, meski kini komunikasi tersebut telah sangat diringkas dan dihemat dengan adanya perangkat teknologi komunikasi. Biasakanlah untuk tak kehilangan komunikasi tatap muka, bicara baik-baik dan berkata benar, bicara dengan kasih sayang, bicara dengan lemah lembut dan dengan suara yang rendah.
> Mengajarkan Agama Sendiri
Kewajiban kita pada anak adalah memperkenalkan Allah, Rasul-Ny,a dan kitab-Nya serta berbagai aturan dalam kitab suci kita secara langsung pada anak-anak kita. Tidak ada salahnya dan tidak usah malu bila kita harus belajar “bersama” anak, karena itu lebih benar dan mulia dibandingkan mensubkontrakkannya ke tangan orang atau institusi lain. Kita perlu memantau pemahaman dan penterapannya sepanjang kehidupan mereka sehari-hari.
> Persiapkan Anak Baligh
Tanggung jawab persiapan baligh ini tidak sederhana dan tidak bisa dianggap sepele. Karena begitu anak baligh yang artinya dia telah sampai ke tahapan dewasa, berarti hukum agama sudah berlaku baginya. Orang tua sudah harus mempersiapkan anak pelan-pelan dengan penjelasan yang sederhana apa yang akan dihadapi anak pada masa pubertasnya sejak di atas usia 7 tahun. Dari segi ibadahnya, menjaga tubuhnya, berpakaian, pisahkan tempat tidurnya, pergaulan dengan keluarga maupun teman dan sekitarnya dan berbagai adab hidup lainnya.
> Bijaklah Berteknologi
Berilah anak perangkat teknologi sesuai dengan batasan umurnya, dan mulai dengan perangkat yang sederhana fungsinya. Itu saja juga tidak cukup, tapi harus disempurnakan dengan pendampingan, dialog, dan diskusi dan pembuatan peraturan berikutnya sesuai dengan meningkatnya usia. Ayah ibu harus menjelaskan pada anak bahaya pornografi, kriminalitas, berbagai jenis narkoba dan kemungkinan kejahatan melalui perangkat tersebut.
> Pilihlah Teman dan Lingkungan yang Baik untuk Anak kita
Lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian anak kita menjadi lebih baik.
Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.
(HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344)
Do’a Orang Tua kepada Allah Ta’ala agar Dikaruniai Anak yang Baik
Selalu do’akan kebaikan untuk anak kita, dimanapun berada senantiasa dalam lindungan-Nya. Ikhlaskan anak kita jika dia keluar dari pintu rumah, kembalikan anak kita kepada Sang Pencipta, karena anak kita adalah titipan maka harus kita jaga dengan baik, karena titipan tersebut akan di pertanggungjawabkan kelak di akhirat, tugas kita memberikan yang terbaik untuknya, menjaga dan merawatnya.
[14/1 20:15] IIP Mba Zy: Ada yg nanya..
🙋🏻 Jika anak sudah terpapar konten pornografi, katanya otak bagian frontal cortex akan rusak. Sehingga di usia dewasanya ia tdk bisa mengendalikan diri, mengenal baik jelek-benar salah.
Apakah teman2 tahu cara penanggulangan awalnya, selain terapi ke psikolog?
[14/1 20:20] IIP Maya: Mau Tanya , menyambung Tanya-jawab kelompok kemaren . Jika memasak + pekerjaan rumah bukan termasuk fitrah Seorang perempuan berumahtangga, boleh dijelaskan fitrah yang bagaimanakah yang benar?
[14/1 20:21] +62 852-7585-8585: Ada yg nanya..
🙋🏻 Jika anak sudah terpapar konten pornografi, katanya otak bagian frontal cortex akan rusak. Sehingga di usia dewasanya ia tdk bisa mengendalikan diri, mengenal baik jelek-benar salah.
Apakah teman2 tahu cara penanggulangan awalnya, selain terapi ke psikolog?
Jawab :
Kerusakan otak akibat pornografi memang sangat parah ya seperti orang tabrakan dg truk dan anak yg terpapar dg pornografi nampak seperti anak yg lainnya bahkan ada berprestasi dibidang akademik.. efek nya kalau kan bikin nagih sehingga dia akan melakukan hal2 yg lebih lagi.. saran saya keluarga harus mendampingi bunda dan dibawa ke psikolog.. karena proses terpapar ini kan lama yaa dari anak 2.. Jd keluarga jg harus sabar.. demikian mba zy, mungkin ada bunda lain yg mau nambahin
[14/1 20:23] +62 812-7232-3511: Nambahin bunda santi.
Bila anak sudah terpapar pornografi
1. Tumbuhkan kesadaran anak bahwa pornigrafi berbahaya, menumbuhkan kesadaran diri anak utk berhenti melakukan aktivitas yg berbau pornografi
2. Memberi anak kemampuan utk mengatasi blast "boring, lonely, angry, stress & tired"
3. Mencari alternative kegiatan positif.
[14/1 20:26] IIP Mba Zy: Teman saya ada yg menanggapi hal ini juga..
Ohya, frontal cortex itu kan berkembang terus. Ada yang namanya neuroplasticity. Otak masih bisa berkembang.
Penanggulangan awal itu disebut awal apabila anak diketahui lebih dini suka pakai gadget, dsb. Kalau sudah terpapar pornografi apalagi tingkatnya sudah berat, tak bisa lagi dengan penanggulangan awal. Sebaiknya konsul ke ahlinya (Dr. Amir Zuhdi, ahli Neurosains) atau psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati.
Sebetulnya bukan frontal cortex yang rusak, tetapi PFC-nya yang tidak berkembang. Oleh sebab itu, berikan aktivitas yang merangsang PFC. PFC tidak aktif bukan hanya terjadi pada yang terpapar pornografi, tetapi juga pada orang yang mudah sedih, galau, temperamen, dan teman-temannya..
[14/1 20:27] +62 852-7585-8585: Mau Tanya , menyambung Tanya-jawab kelompok kemaren . Jika memasak + pekerjaan rumah bukan termasuk fitrah Seorang perempuan berumahtangga, boleh dijelaskan fitrah yang bagaimanakah yang benar?
Menurut saya fitrah kebundaan itu kasih sayang, perhatian, membersamai dan mendidik anak anak dg happy bunda..
Memasak dan beres2 rumah bisa didelegasikan
[14/1 20:29] +62 852-7585-8585: Aktivitas yg merangsang PFC misalnya gimana mba zy ?
[14/1 20:30] +62 852-7585-8585: Memasak dan pekerjaan rumah bisa sambil belajar bun.. seperti saya skrng lagi belajar masak 🙈
[14/1 20:32] +62 812-7232-3511: Pre Frontal Cortex (PFC) atau bagian otak depan anak adalah bagian otak yang menjadi rusak jika telah kecanduan pornografi.
fungsi dari PFC pada otak untuk merencanakan, mengendalikan emosi, mengambil keputusan, dan berpikir kritis dan lainnya.
[14/1 20:33] IIP Mba Zy: Dekatkan diri pada Tuhan
Ikuti kegiatan sosial
Hindari mengurung diri di kamar atau berlama-lama di kamar mandi
Perbanyak olahraga agar pikiran tidak menjurus ke arah pornografi
Jauhi semua hal yang berbau pornografi misalnya situs porno, film porno, majalah dewasa, atau cerita dewasa
Ceritakan masalah Anda pada keluarga atau orang yang Anda percaya agar Anda bisa mendapatkan dukungan dan support
[14/1 20:34] +62 812-7232-3511: Aktivitas yg bisa merangsang pfc, kita bisa mengajak anak utk membuat & melaksanakan family project.
Disitu kita dilatih scr emosi utk bekerjasama, n mengambil keputusan.
[14/1 20:39] +62 852-7585-8585: Dan di ibu profesional pijakan yg pertama adalah bunda sayang salah satu nya untuk membangkitkan fitrah kebundayaan kita baru tahap selanjutnya bunda cekatan
Kalau belum punya anak bisa langsung ke bunda cekatan dulu
[14/1 20:41] +62 856-9556-7478: saya boleh menambahkan ya bun..
saya sependapat bahwa tidak bisa memasak dan mengurus rumah bagi perempuan bukanlah penyimpangan dari fitrah seksualitas, karena memasak dan mengurus rumah bisa didelegasikan pada orang lain jika memiliki keuangan yg cukup. Seperti yg kita tahu, fitrah seorang ibu itu salah satunya mendidik anak, bhkan kata ibu Elly risman, lebih baik catering saja, jika waktu memasak banyak menyita waktu kita mendidik anak.
Namun, diluar itu, perempuan seperti itu tetap harus berlatih untuk mampu memanage dan mengontrol aspek yg berhubungan dengan kebutuhan keluarganya nanti. Jadi, peran keibuan yg menjadi ranahnya tetap harus dibawah kendalinya, seperti siapnya makanan untuk keluarga pada waktunya, siapnya baju kantor untuk dipakai besok oleh suaminya, dan sebagainya. Ia sebaiknnya ttp harus mempunyai kemampuan memantau seperti itu untuk menjadi partner yg baik bagi suaminya, meski ia tak pandai memasak langsung, atau tak lihai mengurus rumah secara langsung. Kemampuan tersebut mendorong terciptanya keseimbangan dan keharmonisan didalam rumah tangganya kelak. Bukankah fitrah peran istri/ibu adalah "sang harmoni" dan "berbasis pengorbanan", seperti yg tuangkan Ustadz Harry Santosa dalam bukunya, Fitrah Based Education. Perannya sebagai sang harmoni diantaranya menciptakan suasana harmonis dalam rumahnya, termasuk kemampuan memanage dan melayani dg segenap pengorbanan bagi keluarganya.
Sy jg masih terus blajar ttg hal ini.. masih newbie😅
[14/1 20:44] IIP Yeni Mulia: 🙋
Bertanya juga.... Gambar ini bikin makin penasaran ttg pertanyaan saya td malam...:
Jika anak perempuan 4thn blm tau perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan (blm pernah melihat dan blm pernah bertanya), apakah orang tua perlu sengaja menjelaskan? Kami belum ketemu moment yg pas... tp khawatir jg kl terlambat menjelaskannya.
[14/1 20:46] +62 812-7232-3511: Mnrt ibu elly risman, penjelasan ttg perbedaan bisa dilakukan rentang 7-10thn
Utk anak perempuan oleh ibu, n anak lelaki oleh ayahnya.
[14/1 20:47] IIP Yeni Mulia: Jadi kl anak 4th blm tau bedanya brarti normal/tdk terlambat ya, Bun..? Jadi saya ga perlu cari2 kesempatan untuk menerangkan sekarang ya...
[14/1 20:48] +62 852-6000-3303: klo menurut sy, tggu ank siap br diberi pnjlasan. murid siap, guru dtg.
[14/1 20:51] +62 852-7585-8585: Menurut saya belum perlu bun.. itu untuk anak umur 7-10 tahun
Tunggu momen yg tepat aja bun ketika ananda bertanya, dan kita menjelaskan dg santai dan upayakan tidak menimbulkan pertanyaan lanjutan dg menanyakan dulu udah sejauh mana yg ananda tau..
Seperti ulasan di prolog materi kami bunda.. anaknya bertanya dia darimana ? Dan sang ibu panjang lebar bercerita mulai nikah dg ayah, hamil dan keluar dede
Padahal yg ditanya asal nya darimana misal dari jakarta gitu bunda
Anaknya malah bingung
[14/1 20:56] IIP Yeni Mulia: Baik, Bunda... Syukran... jd tenang sekarang dgn keterangan Bundas dan teori dr bu Elly ini.
[14/1 20:57] IIP Yeni Mulia: Satu lagi pertanyaan, boleh ya Bun..
Dengan makin rusaknya lingkungan oleh berbagai kelainan dan kejahatan seksual, menurut Bunda apakah berlebihan kl ortu jd takut melepas anak untuk sekolah terutama di usia dini/pra mukallaf, let'say sblm 10 thn dimana anak secara fisik dan mental sdh lbh "kuat". Sekarang bahkan tdk ada jaminan sekolah yg bonafide sekalipun aman dari kejahatan seksual oleh oknum2.
[14/1 21:00] +62 852-6337-0513: Kalau menurut saya pribadi tidak berlebihan bund,, memang sudah kodrat ny kita merasa cemas jika trjadi sesuatu dgn anak, apalagi anak masih mudah terpengaruh lingkungan, tapi bisa di lepas jg bermain sama teman sebaya, tetap dibawah pengawasan ortu..
[14/1 21:03] +62 852-7585-8585: Ini juga kekhawatiran terbesar saya bunda.. insyaallah mau menerapkan resolusi pengasuhan anak tahun 2018 oleh bunda Elly Risman sambil berdoa dan mendampingi ananda, yg paling penting tanamkan nilai2 islam bahwa kemana pun kita melangkah
Allah maha melihat
Allah maha menyaksikan
Allah maha mengetahui
Selanjutnya serahkan sama yg diatas. Ini sebagai imun yg kita berikan, kita juga ga bisa mengurung anak dari dunia luar
Komentar
Posting Komentar