P ada suatu sore, saat saya dan anak-anak sedang berdiskusi tentang sebuah tayangan berbahasa Minang, Hilmi anak saya bertanya, "Umi, bisa berbahasa Minang?". "Bisa, saketek-saketek (bisa, sedikit-sedikit)", jawab saya tersenyum. Saya memang lahir dari keluarga minang, ayah dan ibu saya bersuku minang. Namun, kedua orang tua saya tersebut sudah lahir dan besar di Medan - Sumatera Utara. Saya memang mengenal bahasa Minang dari kedua orang tua saya yang masih mengadopsi beberapa kalimat atau pun istilah yang biasanya digunakan oleh suku minang dalam percakapan sehari-hari. Setelah dewasa saya mengetahui bahwa bahasa Minang yang kami adopsi ternyata bahasa Minang "pasaran". Sama halnya dengan bahasa Jawa, bahasa Minang juga memiliki bahasa Minang halus yang digunakan untuk memyampaikan kata atau kalimat secara lebih hormat kepada seseorang, dan saya tidak mengerti bahasa Minang halus tersebut. Lalu bagaimana mempelajari dan mengajari bahasa Minang
Komentar
Posting Komentar