Mengenal Melayu Serumpun

Tulisan saya dalam kisah ibu di tanah melayu kali ini berkaitan dengan melayu serumpun. Beberapa bulan ini saya dan keluarga melakukan perjalanan ke Singapura dan Malaysia. Kedua negara tetangga ini memiliki kedekatan secara historis dengan Indonesia jika kita membahas tentang suku melayu. 

Perjalanan ke negeri tetangga mengingatkan saya pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh Pemko Medan melalui Dinas Pariwisata Kota Medan yang diberi nama Perhelatan Gelar Melayu Serumpun (GEMES) tahun 2023. Kegiatan rutin ini sudah memasuki tahun ke-enam pelaksanaannya. Kali ini berbeda dari tahun - tahun sebelumnya, acara GEMES ke-6 ini dihadiri Ibu Negara Republik Indonesia Ibu Iriana Joko Widodo. 

Perhelatan acara melayu serumpun ini dilaksanakan di Istana Maimun, istana melayu milik kesultanan Deli. Acara tersebut merupakan kegiatan tahunan yang digelar Pemko Medan untuk memperkenalkan Kota Medan melalui kebudayaan Melayu. Dari salah satu media online, saya membaca bahwa di tahun 2022 kemarin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia telah menetapkan GEMES sebagai Kharisma Event Nusantara 2022.   

Event GEMES ke-6 berlangsung selama empat hari dari tanggal 16 sampai 19 Mei 2023. Selain dihadiri Ibu Negara Republik Indonesia, Ibu Iriana Joko Widodo, para Duta Besar negara sahabat juga diundang untuk menghadiri kegiatan budaya ini. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Wali Kota Solo juga  hadir dalam acara tersebut.

Dengan tema melayu serumpun, kegiatan ini diikuti oleh peserta pagelaran seni budaya Melayu dari 4 Negara tetangga, yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Thailand. Perwakilan beberapa provinsi juga turut memeriahkan acara seperti dari Provinsi Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Palembang, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Gelar Melayu Serumpun (GEMES) merupakan ajang publikasi untuk memperkenalkan warisan budaya sebagai atraksi dan daya tarik wisata di Sumatrera Utara, khususnya kota Medan. Di kota Medan, suku melayu merupakan etnis asli Kota Medan yang memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 

Kegiatan yang juga diisi bazar berbagai umkm yang salah satunya menjual makanan khas melayu ini, bertujuan mendorong kegiatan seni budaya yang dapat meningkatkan kunjungan wisata lokal maupun mancanegara sekaligus edukasi dan eksplorasi bagi para generasi muda untuk mengetahui lebih jauh keragaman seni budaya melayu sebagai kearifan lokal dan destinasi budaya. Salah satu teman saya juga mengambil kesempatan dengan menjadi salah satu pedagang yang melakukan penjualan minuman khas yang dimilikinya.

Saya tertarik mencari informasi lain tentang kebudayaan melayu bukan saja karena kegiatan yang sudah saya ceritakan di atas. Saat melakukan perjalanan kedua negara tetangga, saya tertarik dengan budaya yang mirip dan menjadi ciri bangsa melayu.

Jika kita baca sejarah suku melayu yang ada di Wikipedia, suku Melayu sendiri merupakan salah satu kelompok etnis di wilayah Austronesia yang menempati wilayah pesisir timur Sumatra, Semenanjung Malaka, dan beberapa wilayah di Kalimantan. Kelompok etnis ini juga dapat dijumpai di pulau-pulau kecil yang tersebar diantara wilayah besar tersebut. Wilayah-wilayah persebaran ini seringkali disebut sebagai dunia Melayu. Wilayah-wilayah tersebut pada masa sekarang merupakan bagian dari negara Malaysia, Indonesia (Sumatra bagian timur dan selatan, serta pesisir pantai Kalimantan), bagian selatan Thailand (Pattani, Satun, Songkhla, Yala, dan Narathiwat), Singapura, dan Brunei Darussalam.

Meskipun mirip, terdapat beberapa perbedaan pada unsur bahasa, kebudayaan, kesenian, dan keragaman sosial diantara sub-kelompok turunan dari bangsa Melayu. Hal ini terjadi karena suku Melayu inti menyebar ke berbagai penjuru wilayah dunia Melayu, sehingga terjadi asimilasi sub-kelompok turunan Melayu dengan beberapa kelompok etnis daerah tertentu di wilayah Asia Tenggara Maritim. Secara historis, populasi suku Melayu merupakan turunan langsung dari orang-orang suku Austroasiatik Austronesia yang menuturkan bahasa-bahasa Melayik yang menjalin kontak dan perdagangan dengan kerajaan, kesultanan, ataupun pemukiman tertentu (terutama dengan kerajaan Brunei, Kedah, Langkasuka, Gangga Negara, Chi Tu, Nakhon Si Thammarat, Pahang, Melayu dan Sriwijaya.)

Saat mengunjungi Singapura, saya mengunjungi saudara dan teman yang dianggap berdarah melayu Singapura, walau suku asli keluarga saya yang tinggal di Singapura adalah minang, namun mereka diklasifikasikan sebagai etnis melayu Singapura.

Hal menarik dari cerita keluarga saya di Singapura, untuk menghargai penduduk etnis melayu, pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk pendidikan anak-anak melayu di Singapura. 

Cerita kehidupan masyarakat melayu di salah satu negara yang sebaran penduduk dengan etnis melayu terbesar datang dari negara tetangga kita, Malaysia. "Kaum Melayu" adalah sebutan bagi masyarakat Melayu berintikan orang Melayu asli tanah Semenanjung Malaya (Melayu Anak Jati), ditambah suku-suku pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut "Melayu Anak Dagang" seperti Palembang, Riau, Bangka-Belitung, Lembak, Serawai, Pontianak, Sambas, Deli, Langkat, Tamiang, Sintang, Jambi, Bengkulu, Kerinci, Melayu Singapura, Kedayan Brunei, Melayu Brunei, Melayu Filipina, bahkan Melayu Thailand Selatan digolongkan sebagai suku Melayu tetapi bukan asli dari Malaysia maka digolongkan suku Melayu anak dagang. 

Semua suku yang beragama Islam di Malaysia diikat oleh agama Islam dan budaya Melayu Malaysia. Karena sudah bercampur dengan penduduk asli/Melayu lokal maka orang keturunan tersebut dianggap sebagai orang Melayu tetapi keturunan dari suku Jawa, Bugis, Aceh misalnya. Ras lain yang beragama Islam dan sudah bercampur/menikah dengan orang Melayu lalu mempunyai keturunan juga dikategorikan Kaum Melayu, seperti Tionghoa Muslim, India Muslim, dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti bangsa yang merupakan "komunitas Bangsa Malaysia" yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara) berarti juga ada umat yang dilindunginya. Konsep ini juga mirip dengan yang berlaku di Singapura.

Namun, etnis Melayu di Malaysia Barat (Malaya) yang tidak terikat dengan perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Kelantan, Melayu Johor dan Melayu Kedah. Di Malaysia Timur terdapat pula komunitas Melayu, yaitu Melayu Sarawak dan Melayu Brunei yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung Malaya. Suku Melayu Sarawak biasanya terdapat di Negara Bagian Sarawak, serta lebih berkerabat dengan Suku Melayu Pontianak dari Kalimantan Barat. Sedangkan Suku Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak, Pantai Barat Sabah, serta Brunei Darussalam.

Lalu, apa yang menyebabkan Indonesia, Singapura dan Malaysia dianggap sebagai negara serumpun?. Memang, berdasarkan letak geografis, Singapura dan Malaysia adalah negara tetangga yang terletak paling dekat dengan wilayah Indonesia. Hal ini menyebabkan negara-negara ini memiliki beberapa kesamaan.

Negara yang masuk dalam melayu serumpun versi wikipedia di atas memiliki latar belakang budaya dan bahasa sehari-hari yang hampir sama. Kedua negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia, menggunakan bahasa Melayu yang hampir mirip dengan penggunaan bahasa Indonesia.

Disamping itu, dari segi kuliner dan makanan, baik di Singapura maupun  di Malaysia, terdapat beberapa jenis kuliner yang tidak jauh berbeda dengan makanan-makanan yang ada di Indonesia.

Ada beberapa alasan Indonesia, Singapura dan Malaysia yang dianggap sebagai Negara Serumpun;

1. Berada di kawasan Asia Tenggara

Indonesia, Singapura dan Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dan anggota dari perhimpunan ASEAN.

2. Berada di Pulau yang berdekatan atau bahkan ada yang satu pulau seperti Pontianak di Indonesia dan Serawak di Malaysia. Kedua wilayah Indonesia dan Malaysia tersebut berada di dalam satu pulau yang sama, yakni Pulau Kalimantan

3. Dipersatukan Bangsa Melayu. Indonesia, Singapura dan Malaysia sama-sama memiliki suku bangsa Melayu dalam masyarakatnya. Saat mengunjungi Singapura dan Malaysia, saya melihat kehidupan masyarakat melayu yang bisa berdampingan erat dengan etnis lain seperti Thionghoa dan India. Beberapa bangunan bangunan cagar budaya yang menunjukkan kehidupan berdampingan ini bisa kita jumpai di ketiga negara ini

4. Bahasa yang hampir sama

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (bahasa yang digunakan di Malaysia) pengucapannya hampir serupa. Kita juga mengetahui banyak sekali kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa melayu

Biasanya, di ketiga negara serumpun di atas, kebanyakan orang Indonesia akan mengerti bahasa Melayu, begitu pula sebaliknya.

Bagi saya ibu yang tinggal di tanah melayu, khususnya masyarakat di Kota Medan, kami memahami bahasa yang digunakan oleh ipin upin yang tanpa di dubbing ke bahasa Indonesia, karena memang sehari-hari kami menggunakan bahasa yang hampir sama.

5. Memiliki hasil bumi yang sama

Negara melayu serumpun, khususnya Indonesia dan Malaysia keduanya sama-sama mempunyai hasil bumi dari olahan kebun kelapa sawit. Beberapa hasil bumi juga memiliki kesamaan seperti 

6. Sama-sama negara kepulauan

Indonesia, Singapura dan Malaysia merupakan negara yang memiliki garis pantai. yang menyebabkan budaya masyarakat pesisir yang pada umumnya dihuni oleh etnis melayu, memiliki persamaan cara hidup yang pada akhirnya menjadi budaya yang melekat pada masyarakatnya.

Saat ini saya lebih memahami ketika saya ingin mencari tahu tentang bagaimana kehidupan ibu di tanah melayu bukan saja di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, namun juga bisa sampai ke negara tetangga yang termasuk dalam melayu serumpun. Dengan demikian slogan tak melayu hilang di bumi itu ada benarnya.


Komentar

Postingan Populer

Tentang Olfactory dan Gustatory

Juma Lau, Tempat Wisata Asri Dekat dari Medan

Serunya Belajar Mind Mapping