Review Buku : Stop Pikun di Usia Muda
Judul Buku : Stop Pikun di Usia Muda
Penulis : Yuda Turana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013, edisi revisi 2019
Halaman :162 halaman
Saat mengunjungi salah satu toko buku bersama anak-anak, saya tertarik membeli buku yang berjudul Stop Pikun di Usia Muda. Buku ini membuat saya penasaran. Sepengetahuan saya, Pikun adalah penyakit yang diderita oleh orang yang sudah mencapai usia lansia (lanjut usia), bukan di usia muda. Buku ini juga mengingatkan saya pada salah seorang adik nenek saya yang mengalami kepikunan. Saya harus menuntaskan rasa penasaran dengan mencari jawabannya.
Buku yang ditulis oleh seorang
dokter syaraf yang juga merupakan akademisi dan peneliti di Departemen
Neurologi FKIK UNIKA Atma Jaya ini, sudah naik cetak dua kali. Dari pengantar buku
Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S ini, saya mengetahui memang setiap orang bisa saja
lupa, namun seberapa banyak lupa yang
masih dikatakan normal?, Hal inilah yang harus diamati. Bahkan ternyata ada
juga situasi otak yang terbalik, lupa terhadap hal penting yang harus diingat,
tetapi justru mengingat yang sebenarnya harus dilupakan.
Tentu saja kita mau otak kita
tetap sehat dan cerdas sampai lansia. Cerdas mengingat hal penting, cerdas melupakan
hal yang tidak perlu.
Penuaan adalah proses alami
kehidupan. Berkurangnya fungsi dan struktur organ tubuh adalah sesuatu yang
alamiah terjadi. Pada saat ini penyakit yang dialami di usia tua dianggap
sebagai suatu yang wajar saja terjadi, termasuk kepikunan. Namun ternyata
kepikunan bisa dicegah dan diperlambat kemunculannya. Pencegahan itu ternyata
bisa dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak dalam kandungan, saat manusia masih
berbentuk janin. Menarik untuk diteruskan, apa iya demikian?.
Pada Bab 1 buku ini, dr. Yuda
menjelaskan fakta penting yang harus diketahui oleh pembaca bahwa seberapa
pikun otak kita di usia senja sangat bergantung pada perilaku kita saat masih
muda. Ternyata, kepikunan merupakan akumulasi dari kebiasaan buruk selama
bertahun-tahun sehingga seberapa muda pun usia seseorang, perilaku seseorang
sangat berpengaruh terhadap otaknya di usia senja.
Perilaku dan gaya hidup ini
menjadi objek penelitian yang dilakukan oleh Llewellyn, Kuzma. Dkk, dalam
jurnal JAMA 2018 dijelaskan bahwa gaya hidup seseorang berperan secara
signifikan menyebabkan demensia Alzheimer dan meningkatkan resiko demensia
lainnya.
Apa sih Demensia Alzheimer itu?.
Demensia merupakan suatu sindrom
penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan kemunduran fungsi
kognitif sehingga mengakibatkan gangguan fungsi social, pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari.
Penyakit Alzheimer akan membuat
otak kita pikun dan akhirnya memunculkan gangguan perilaku. Penyakit Alzheimer
akan mengakibatkan terbentuknya jaringan abnormal di otak seperti plak dan
serabut saraf yang tidak beraturan sehingga penyaluran sinyal di otak
terganggu.
Demensia Alzheimer terjadi karena
proses degenerative atau penuaan. Penyakit yang biasanya diderita oleh lansia
yang berumur 60tahun keatas ini, sampai saat ini hanya bisa dicegah, belum bisa
diobati. Namun, ternyata pikun bukan saja masalah umur. Banyak tokoh yang
puncak karirnya saat berada di usia lanjut.
Di buku yang semakin menarik
untuk dibaca oleh orang awam ini, dipaparkan beberapa gejala Demensia Alzheimer
dan contoh perubahan perliaku yang terjadi pada seseorang yang mengalami
kepikunan. Buku ini juga menyinggung kembali hasil penelitian Llewellyn dkk tahun
2018 yang meneliti kelompok resiko penderita kepikukanan berdasarkan genetic,
dimana peneliti memantau gaya hidup pada tiap kelompok baik dari segi makanan,
apakah menkosnsumsi alcohol atau tidak, merokok atau tidak dan olah raga.
Perilaku menjaga hidup sehat memberi dampak nyata pada kesehatan tubuh dan
otak.
Lalu factor resiko apa yang harus
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kepikunan?. Langkah pertama yang bisa
dilakukan adalah menjaga pola hidup sehat dengan mengenali factor resiko
penyakit kepikunan baik yang dapat diubah maupun tidak dapat diubah.
Faktor resiko yang dapat diubah
antara lain jenis kelamin, usia, dan genetic. Faktor resiko yang dapat diubah
antara lain; hipertensi, obesitas, kadar gula yang tinggi dan bebrapa factor
resiko lainnya. Di buku ini Dr. dr Yuda, Sp.S menjelaskan bagaimana
factor-faktor resiko diatas dikenali satu persatu sehingga pembaca bisa
mendapatkan referensi dan yang terpenting bisa menerapkan pola hidup sehat agar
terhindar dari kepikukan.
Pada bab 2 buku ini juga
dijelaskan bagaimana kaitan emosi dan memori terhadap suatu peristiwa. Otak
kita akan lebih mudah mengingat sesuatu peristiwa yang mengandung unsur
emosional baik itu emosi negative atau pun emosi positif. Otak akan cenderung
lebih mengingat lebih jelas sesuatu yang menarik apakah karena lucu, aneh,
berwarna tiga dimensi atau pun mengandung asosiasi.
Ternyata teknik asosiasi ini juga
bisa digunakan bisa digunakan agar memori otak kita bertahan lebih lama.
Caranya adalah dengan menghubungkan berbagai data menjadi satu rangkaian cerita
yang lucu serta emosional/aneh sehingga kata-kata itu terhubung menjadi
kalimat-kalimat yang tersusun menjadi suatu cerita yang unik. Semakin lucu dan
aneh cerita yang bisa kita rangkai maka akan semakin mudah otak kita untuk
mengingatnya. Dan, saat otak kita mengingat cerita tersebut biasanya otak akan
mengingat kata kunci di dalamnya.
Masih pada bab yang sama penulis
juga mengulas tentang korelasi Depresi pada ibu hamil dan anak yang tidak
cerdas. Tingkat depresi yang dialami oleh ibu hamil dapat mengganggu kondisi
dalam Rahim yang berujung pada gangguan perkembangan janin. Bleker dkk
mengemukakan hasil studi yang dilakukan sejak 2013-2018 untuk mengetahui
hubungan antara kejadian depresi pada ibu hamil terhadap fungsi kognitif. Depresi pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan atensi dan konsentrasi pada calon anak yang dikandung. Semakin ibu
depresi, semakin janin akan menjadi seorang anak dengan otak yang tidak cerdas.
Saya pikir hal ini adalah salah satu maksud bahwa demensia juga bisa dicegah
sejak dari dalam kandungan.
Hal lain yang disinggung dalam
buku ini antara lain bagaimana stress, rasa benci, atau pun terlalu serius bisa
mengakibatkan masalah pada otak dan jantung kita. Hidup harus juga santuy
yah..apalagi di masa Covid-19 yang membawa kecemasan dan stres tersendiri,
tentu jika kita tidak mengendalikannya dengan baik, hal itu bisa mendatangkan masalah
bagi jantung dan otak kita.
Memeriksakan fungsi otak sebelum mengalami kepikukan.
Biasanya orang lebih focus
melakukan Check-up kesehatan terhadap
fungsi organ semisal jantung, fungsi hati, ginjal, atau pun kesehatan organ
didalam perut dan sebagainya. Masih jarang orang melakukan check-up fungsi otak. Ternyata fungsi kerja otak juga harus
diperiksa secara berkala. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah fungsi otak kita mengalami penurunan atau tidak.
Pemeriksaan struktur otak berbeda
dengan pemeriksaan fungsi kerja otak. Struktur otak bisa deketahui melalui
pemeriksaan dengan menggunakan MRI dan CT-Scan, sementara untuk mengetahui
fungsi otak dokter akan melakukan pemeriksaan psikometri. Pada pemeriksaan
tersebut dokter akan memberikan pertanyaan-pertanyaan terstruktur dan berulang.
Dokter akan membuat saving score atau berapa persentase kata yang teringat.
Dari jawaban yang diberikan inilah, dokter akan menilai fungsi sel otak. Pada
umumnya pemeraiksaan kognitif ini berlangsung antara 20 menit sampai dengan 1 jam. Ternyata pemeriksaan kesehatan
otan kita penting guys.
Pada bagian 4 buku Stop Pikun di
Usia Dini ini, penulis memaparkan tentang pentingnya melakukan berbagai hal
yang bisa dilakukan sebagai Pencegahan Pikun. Beberapa hal yang bisa
dilakukan pembaca untuk mencegah kepikunan antara lain; olah raga,
berpartisipasi dalam kegiatan social, meningkatkan spritualitas, dan menjaga
pola makanan.
Di buku ini penulis memaparkan
bahwa selain membantu pencegahan penurunan fungsi kecerdasan otak, pada lansia
ternyata olahraga dapat memperbaiki otak yang sebelumnya mengalami penurunan
memori. Otak kita menjadi segar dengan melakukan olahraga. Bahkan, olah raga mampu
mengurangi kecemasan. So?, sudah olahraga hari ini??
Hal lain yang dapat dilakukan
untuk mencegah kepikukan antara lain adalah dengan banyak melakukan aktivitas social.
Terlibat dalam kegiatan social membuat orang terikat secara social. Hal itu
ternyata terbukti meningkatkan fungsi otak di antara lansia yang yang tinggal
di panti jompo dan lansia dengan demensia. Sisi positif lain dari
keterikatan social adalah adanya dukungan emosional yang besar dari keluarga
dan teman. Aktivitas social dapat menjadi sarana yang berperan dalam kehidupan social
dan memunculkan rasa memiliki tujuan hidup.
Kegiatan social ini tentu juga
terkait erat dengan perintah agama untuk senantiasa melakukan kegiatan
tolong-menolong dengan orang lain sebagai makhluk social. Dr Yuda dalam buku
ini juga menjelaskan studi yang dilakukan terhadap lebih dari 3000 lansia dan
hasilnya diketahui bahwa lansia yang lebih sering beribadah mengalami proses
penurunan kognitif yang lebih lambat disbanding kelompok dengan kegiatan ibadah
lebih sedikit.
Makan Sehat, Otak Cerdas.
Apakah kamu sudah sarapan hari
ini?, kalau belum jangan dibiasakan ya. Sarapan merupakan makanan terpenting
sepanjang hari karena berkontribusi pada kebutuhan energy dan asupan gizi.
Penelitian pada orang dewasa menunjukkan bahwa kadar glukosa darah berhubungan
dengan memori dan kinerja seseorang.
Ternyata sarapan pagi membuat otak menjadi lebih cerdas ya.
Selain sarapan yang sehat dan
bergizi buku ini juga mengingatkan pentingnya memastikan cairan tubuh agar
otak bekerja dengan maksimal. Jadi pastikan bahwa kita cukup minum karena
kurang cairan membuat otak tidak bekerja maksimal.
Apakah harus minum air putih saja?,
bagaimana dengan teh dan kopi, suplemen atau jamu?. Banyak yang diulas di buku
ini, beli, baca buku ini dan rasakan pengetahuannya..hahahaha..
Bila Sudah Terkena Kepikunan, Harus Bagaimana?.
Di dalam buku ini selanjutnya
dibahas tentang apa yang dilakukan dan bagaimana cara mengatasi saat ada
keluarga kita yang terkena kepikunan, mulai dari tanda-tanda pada orang yang
mengalami kepikukanan, pengaturan nutrisi, terapi apa saja yang diperlukan, sampai
pembahasan melukis dan mendongeng dan berbagai cara lainnya untuk menghambat
kepikunan. Bagi kita masyarakat umum, buku ini memberikan pengetahuan yang cukup relevan tentang kepikunan, sekali lagi cocok untuk dibeli.
Selain review buku Stop Pikun di
Usia Muda, pada tulisan kali ini saya ingin menginformasikan tentang ALZI.
Tentu kita tidak berharap akan
mengalami kepikunan, baik bagi diri kita sendiri atau bagi keluarga kita. Bila
hal itu terjadi bagaimana, saya harus kemana?, mungkin hal ini yang da dibenak
teman-teman semua. Nah saya ingin menginformasikan bahwa ada organisasi yang
bernama ALZI atau Alzheimer Indonesia. Di kota kita tercinta juga sudah ada loh
ALZI Medan. Organisasi nirlaba ini sangat membantu para lansia baik yang sudah mengalami kepikunan atau pun bagi lansia dan keluarga yang ingin mencegah kepikunan dengan berbagai kegiatan.
Apa saja kegiatan ALZI ini,
langsung saja ya klik alzi.or.id nah silahkan langsung baca ya berbagai informasi penting disana. Jika teman-teman ingin mengetahui apa saja kegiatan ALZI Medan, teman-teman juga bisa megunjungi IG Alzi Medan, silahkan Klik Alzi Medan atau teman-teman juga bisa mengklik fb Alzi Medan.
Jangan maklum pada PIKUN yah!.
Kalo orang muda mungkin namanya demensia ya kak.. kalo yang tua baru alzeimer.
BalasHapusAku tu salut sama perdana menteri Malaysia sekarang kak. Mahatir muhhamad ini beneran aktif kalo bahkan di umurnya yang hampir 100.
Dia tetap bergerak dan rajin menggunakan otak biar gak pikun katanya..
Tidak juga, demensia itu penyakit besarnya, kalau alzheimer demensia yang disebabkan kerusakan pada otak..
HapusKalau adik ipar sih pernah menjelaskan misal DBD, nah demam itu hanya salah satu bagian DBD
Semoga jangan sampe kena Demensia Alzheimer ini ya kak. Konon katanya selain nutrisi dari makanan, nutrisi otak dengan membaca juga bisa mencegah penyakit ini ya.
BalasHapusBenar mba Dyah, membaca termasuk terus belajar yang termasuk dalam tips agar otak bugar yang diberikan oleh dr.Yuda
HapusAku nih gampang lupa. Jadi was-was dg Demensia alzheimer, tadinya aku pikir lansia saja yg mengindap penyakit ini, ternyata... thanks for sharing ya
BalasHapusayo kita latih otak kita mencegah kepikunan ya..
HapusLah aq keknya dah kenak dementia ni kk, kecuali di akhir bulan, ga pikun
BalasHapuspurak-purak ga baca ah..😅
Hapusmakanan itu emang secara gak langsung berefek ke semua hal ya termasuk otak. itu latihannya berbentuk olahraga biasa ya kak? kmrn pas ikut tes gitu ada jg disuruh tes kemampuan menyambungkan kata di akhir tiap kalimat menjadi cerita dr masing2 orang, seru dan emg otak manusia itu gak bisa ketebak ujungnya hehe
BalasHapusBenar, olahraga juga bisa mencegah pikun, olahraga rutin membuat tubuh bugar begitu pun dengan otak.
HapusUntuk senam otak sendiri juga sudah mulai sering digunakan dalam acara2 training ya..
Alzi juga sering menggunakan senam otak untuk memulai kegiatan.
Wah, auto-share di grup keluarga nihh soalnya ada yg mulai-mulai pikun soalnya haha... btw, si Ririn kami sedang asik2nya ngisi2 TTS nih sampe bolak-balik beli ke grosir dekat rumah. Asah otak, Mi katanya... memang ya.. hal2 yg tampaknya sepele bikin otak teteupp bugar
BalasHapusSaya tu orangnya super pelupa. Tapi kayaknya bukan alzheimer kali ya, haha.. Olahraga untuk otak yang saya suka lakukan adalah ngerjain latihan sudoku. Jangan sampe deh kita jadi pikun karena otak nggak dimaksimalkan kinerjanya karena kita malas ya kak.
BalasHapusIh betapa kondisi hamil bisa bawa pengaruh sejauh itu ya kak termasuk faktor risiko pikun huhu
BalasHapus