Katanya hidup ga harus pelit!
Setelah pembahasan flexing sebagai gaya hidup, hal yang saat ini sedang ramai dibicarakan adalah gaya hidup frugal living. Gaya hidup frugal living ini semakin dikenal masyarakat khususnya setelah adanya pandemi. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ekonomi, masyarakat semakin sadar bahwa mempersiapkan dana darurat lebih penting daripada menghabiskan dana untuk membiayai gaya hidup. Pandemi mendorong kita untuk dapat mengukur bagaimana kondisi keuangan (financial) kita, seberapa besar dana pensiun yang dimiliki, dan seberapa kuat pondasi keuangan kita dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Apa itu frugal living?
Frugal living terkadang diartikan sebagai gaya hidup hemat atau irit terhadap pengeluaran. Hal ini dilakukan agar seseorang dapat menabung lebih banyak, bahkan cenderung dinilai pelit oleh sebagian orang. Dilansir dari wealthsimple.com, frugal living dapat diartikan sebagai kondisi dimana kita menyadari apa saja pengeluaran, berapa yang kita keluarkan dan fokus pada beberapa prioritas keuangan.
Frugal Living juga bisa diartikan sebagai konsep dimana seseorang mengalokasikan dana yang dimiliki dengan kesadaran penuh (mindful), dengan pertimbangan dan analisis yang baik disertai dengan strategi pencapaian tujuan keuangan masa depan yang jelas. Wah, tentu tidak semua orang memiliki kemampuan mempersiapkan dan menganalisa seperti itu ya.
Seseorang yang mengadopsi frugal living akan memilih apa yang akan dilakukan, dihabiskan nya. Contohnya antara lain orang yang mengadopsi frugal living misalnya saat memilih dan menentukan bahwa memasak makanan lebih sehat dari pada membeli makanan di luar, membeli produk lokal berkualitas tanpa harus tergantung pada merk tertentu secara berlebihan. Orang yang melakukan frugal living tidak terlalu memusingkan fashion atau gadget yang terus menerus up to date. Namun para penganut frugal living akan terus menikmati hidup berkualitas dengan standar yang mereka tetapkan tanpa harus terpengaruh dengan pendapat orang lain, demi tercapainya tujuan keuangan jangka panjang yang telah ia ditetapkan.
Jhon White, seorang professor filosopi pendidikan dalam tulisannya “The Frugal Life, and Why We Should Educate for It” menjelaskan bahwa frugal living harus diadopsi oleh generasi masa depan. Pandemi Covid-19 dan perubahan iklim (climate change) seharusnya menjadi momentum untuk mendeklarasikan frugal living dan mengajarkannya kepada generasi masa kini. Tidak hanya Negara miskin atau pun Negara berkembang, bagi Negara kaya pun konsep frugal living sudah mulai diadopsi.
Saat ini jumlah penduduk dunia yang terus meningkat, sumber daya yang ada semakin terbatas. Mau tidak mau, kondisi tersebut membuat manusia harus mengadopsi gaya hidup yang hemat, tidak menghamburkan sumber daya dengan percuma, tidak makan dengan berlebihan, tidak memproduksi sampah yang tidak perlu, atau pun kebiasaan-kebiasaan buruk yang merusak bumi. Konsep hidup frugal living secara langsung atau tidak, memiliki hubungan dengan upaya-upaya menyelamatkan bumi dari pencemaran lingkungan.
Sebagai seorang karyawan baik sebagai aparatur negara atau pun karyawan swasta dengan penghasilan yang sudah jelas dan tertentu setiap bulannya, konsep frugal living juga sangat baik diadopsi. Dengan menerapkan gaya hidup frugal living seseorang diminta untuk melakukan pertimbangan yang baik dan kesadaran penuh (mindful) dalam mengeluarkan dana yang dimiliki. Beberapa orang yang terkenal di dunia seperti Mark Zuckerberg, Steve Jobs, Ratu Elizabeth II, Leonardo de Caprio, telah memperaktikkan gaya hidup ini.
Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan dalam menerapkan Frugal Living untuk diri sendiri, antara lain :
- Memiliki tujuan finansial (financial goals) yang jelas dan masuk akal. Tujuan financial atau goals yang jelas dan masuk akal akan membantu kita untuk dapat mencapai nya, agar semua upaya yang dilakukan tidak sia-sia. Kita bisa membuat tujuan keuangan yang lebih detail sesuai dengan kebutuhan kita seperti mengumpulkan dana pernikahan, membeli rumah, tabungan pendidikan anak, merencanakan pensiun dini, mengamankan dana darurat yang cukup, atau memiliki dana pensiun yang cukup.
- Membuat analisis kebutuhan vs keinginan sebelum membelanjakan uang kita. Hasil analisis terhadap perilaku konsumen menunjukkan bahwa pengeluaran untuk memenuhi gaya hidup jauh lebih besar daripada pengeluaran membeli barang-barang yang benar dibutuhkan. Jadi dapat disimpulkan banyak uang yang dikeluarkan untuk membeli barang yang tidak memberikan manfaat yang sesungguhnya dibutuhkan.
- Hindari utang konsumtif. Bisa dibayangkan betapa kacaunya kondisi keuangan jika harus membeli barang konsumtif, yang mungkin saja tidak sepenuhnya dibutuhkan, namun harus dibeli dengan kredit. Mari Hentikan kebiasaan buruk itu sekarang, dan mulailah menabung.
- Merasa nyaman untuk tidak terpengaruh tren. Terus menerus mengikuti perkembangan fashion, gadget, mobil, atau benda-benda lain adalah sesuatu hal yang sangat dihindari dalam konsep frugal living. Tren adalah strategi marketing untuk meningkatkan permintaan konsumen. Menghindari siklus konsumerisme dan tidak melakukan impulsif buying adalah perilaku yang harus dijaga dalam frugal living. Salah satu hal yang juga harus kita lakukan adalah berhenti memikirkan ekspektasi orang lain atas diri kita.
- Miliki persepsi dan kesadaran bahwa hidup bukan untuk saat ini saja. Masih ada hari esok, masih ada anak-anak yang perlu diperjuangkan, masih ada generasi penerus yang akan menggantungkan hidupnya di bumi ini. Frugal living tidak hanya untuk kebaikan diri sendiri, tapi untuk keberlangsungan bumi.
- Manfaatkan Diskon. Jika ada barang diskon, kita bisa memanfaatkannya. Apabila kita mempunyai aplikasi e-commerce, manfaatkanlah diskon yang ada di aplikasi tersebut dan gunakan voucher gratis ongkir. Namun, bukan berarti kita bisa membeli barang seenak hati, sesuaikan dengan kebutuhan dan budget Anda.
- Membuat Masakan Sendiri. Jika kita bisa memasak, buatlah masakan sendiri karena hal ini lebih irit dibanding dengan membeli.
- Hindari FOMO dan Gengsi. Hindari FOMO dan gengsi adalah hal yang sangat penting dan krusial. Terkadang, kita terlalu mengikuti gaya hidup lingkungan sekitarnya. Fear of Missing Out (FOMO) atau takut merasa tertinggal akan sesuatu menjadi salah satu faktor melakukan impulsive buying
Kamu sudah mengetahui manfaat frugal living?
Tips menerapkan frugal living dalam keluarga :
- Orang tua dapat memandu anak sebelum mengambil keputusan membeli sesuatu. Caranya antara lain dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk memastikan. “apakah ini benar-benar yang kamu butuhkan?”, “kira-kira kamu bakalan menggunakannya sampai nanti kah?”, “ada tidak pilihan lain yang lebih murah, tapi punya tujuan yang sama”?. Hal lain yang bisa dijadikan sebagai contoh hidup hemat kepada anak adalah orang tua dapat menyampaikan kepada anak setiap pengeluaran yang orang tua lakukan dan berikan pemahaman kepada anak alasan orang tua membeli dan melakukannya. Orang tua dapat memberitahukan nilai suatu barang kepada anak.
- Membuat anggaran keuangan. Merencanakan keuangan dapat mencegah keluarga dari pengeluaran yang berlebihan. Beberapa orang menilai anggaran keuangan adalah bentuk membatasi, namun anggaran akan menciptakan kebebasan finansial dan melatih untuk memaksimalkan pembelian dengan anggaran yang sudah dialokasikan. Orang tua dapat mengajarkan anak untuk mengatur uang mereka sendiri. Contohnya “Mama memberikan kamu uang 50.000 ya, kamu bisa beli perlengkapan sekolah dengan uang yang Mama berikan. Ingat, jangan sampai berlebihan dalam membelanjakan, hanya yang sudah Mama anggarkan”
- Membiasakan anak untuk belajar menjadi produsen, baik menghasilkan produk, jasa atau pun karya yang saat ini bisa diperjualbelikan secara digital. Dengan membiasakan anak menjadi produsen kita melatih mental anak bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya dan mempertimbangkan bagaimana cara yang efektif yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Mulai menabung sejak dini. Kita dapat melatih frugal living mulai saat anak mendapatkan uang saku, hadiah, atau pemberian dari kakek dan nenek, kita dapat mengajarkan anak untuk menabung dan tidak menghabiskan semua uang yang dimiliki saat itu.
- Diskon dan penawaran. Ajarkan anak untuk menunggu momen agar dapat menggunakan diskon yang ditawarkan. Kebiasaan memanfaatkan diskon yang diajarkan pada anak dapat membantu untuk menghemat uang dan berguna seiring bertambahnya usia anak.
- Daur ulang dan gunakan kembali. Orang tua dapat mengajarkan kepada anak pentingnya daur ulang dan melestarikan sumber daya yang ada. Baju-baju yang sudah tidak terpakai dapat digunakan untuk membuat sarung bantal, boneka atau mendaur ulang barang bekas menjadi mainan yang menarik. Perilaku ini membuat anak-anak belajar tentang tanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat pada saat yang sama. Mendaur ulang akan mengurangi limbah dan membuat anak tidak konsumtif.
Referensi :
White Jhon. 2021. The Frugal Life and Why We Should Educate for It. London Review of Education 19 (1).
Kalo melihat judul tulisan mba Elva ini, saya pribadi rada serba salah.
BalasHapusSaya sendiri ingin dan punya tabungan dengan tujuan-tujuan tertentu. Misalnya untuk dana pendidikan anak, dana jalan-jalan, dana darurat, dsb.
Tapi banyak juga kesempatan sodaqoh yang sayang untuk dilewatkan.
Padahal budget beramal sudah saya habiskan.
Jadilah saya ambil dari dana yang lain.
Zaman now sekarang semua dipakein istilah ya kak..
BalasHapusPadahal sebelum ada istilah frugal living ya kita tau lah hidup hemat ala seorang muslim. Yang qanaah, yang hidup sederhana.
Tapi sekarang ketemu pula yang mendeklarasikan frugal living makan cuma pake garam padahal sanggup makan menu sehat. Gak betul juga itu orang ya kak.lari dari pakemm
Pas banget tulisan ini buat saya yang sedang cari info tentang frugal living, Kak. Apalagi ternyata hal ini bisa banget diupayakan sejak dini penerapannya. Frugal living bisa jadi agak memberatkan buat yang selalu bikin pengeluaran tanpa pertimbangan. Namun secara perlahan sebenarnya bisa sih coba dikurangi hingga dihilangkan.
BalasHapus