Melestarikan Budaya Sumatera Utara dari Sudut Kafe Baca


Pandemi masih kita rasakan sampai saat ini. Kegiatan di luar rumah yang biasa dan bisa kita lakukan menjadi terbatas. Begitu pun dengan kegiatan anak-anak kami. Namun, setelah mempersiapkan kegiatan mengenal budaya melayu yang kami kemas dalam rangkaian The Journey of Malay, memastikan semua kegiatan bisa dilakukan sesuai protokol kesehatan, salah satu kegiatan mengenal budaya melayu ini kami lakukan bersama Kafe Baca.

The Journey of Malay merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan 10 anak-anak selama pandemi, kegiatan anak-anak kami ini berlangsung kurang lebih 1 bulan untuk membahas dan mempraktekkan apa yang bisa dilakukan dalam melestarikan budaya melayu. Setiap Selasa dan Kamis anak-anak membahas tentang teori mengenal budaya melayu, lalu setiap Sabtu anak-anak melakukan kegiatan bersama, dimulai dengan berbalas pantun, memasak masakan tradisional melayu, mengenal bangunan dan sejarah kerajaan melayu di Sumatera Utara dan Indonesia, lalu kami menutup kegiatan dengan berkunjung langsung ke Kafe Baca yang saat ini melakukan aktivitas untuk melestarikan budaya melayu melalui kegiatan yang dilaksanakan di Kafe Baca. 

Kafe Baca yang terletak di Desa Denai Lama, Pantai Labu - Deli Serdang, Sumatera Utara ini bukan kafe biasa. Kafe ini menjadi spesial karena ada kegiatan PKBM yang dikemas dalam keseharian kafe ini. Anak-anak di sekitar kafe ini dibina dalam kegiatan literasi dan pendidikan karakter. Salah satu pendidikan karakter yang diberikan adalah mengenalkan budaya daerah yang ada di Sumatera Utara, khususnya budaya melayu, karo dan batak. Kegiatan operasional kafe ini juga merupakan pembinaan bagi anak-anak muda agar lebih produktif dan memiliki kegiatan positif selain kegiatan kuliah yang mereka lakukan sehari-harinya.

Pemilik Kafe ini, Bang Irwan, adalah pemuda yang lahir dan besar di daerah ini. Kecintaan beliau pada budaya daerah membuatnya memilih untuk pulang ke kampung halaman. Dengan pengalaman melakukan pendampingan di beberapa NGO dalam dan luar negeri, Bang Irwan yang memiliki sudut pandang berbeda tentang pendampingan anak dan pemuda mendirikan kafe yang tidak saja nyaman karena pengunjung bisa memesan makanan dan minuman yang enak dan harga yang terjangkau, namun juga bisa menikmati suasana berbeda dan asri karena kafe ini hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar.

Kafe Baca dan kegiatan Literasi.


Di Kafe Baca ini, Bang Irwan dan timnya melakukan kegiatan literasi dan pendidikan karakter sebagai salah satu kegiatan pembinaan kepada anak-anak dan pemuda. Minimnya pengetahuan dan kegiatan edukasi di sekitar kafe ini membuat Bang Irwan mengambil inisiatif untuk melakukan pendampingan. Kegiatan literasi ini dilakukan pada hari-hari tertentu dalam sepekan.

Hal yang menarik adalah di kafe ini diletakkan beberapa buku yang bisa dibaca oleh pengunjung saat menunggu pesanan tiba. Kafe ini juga tidak menyediakan wifi, pengunjung diminta untuk mengobrol dan melakukan kegiatan positif lainnya, salah satunya membaca.


Permainan tradisional dan mengenal budaya.

Kafe ini ini juga menyediakan beberapa permainan tradisional yang bisa diikuti oleh pengunjung yang datang. Beberapa permainan yang kami lakukan disana antara lain Congkak (Congklak), Kaki panjang, Terompah dan berjalan dengan menggunakan batok kelapa.

Permainan tradisional ini sudah jarang dilakukan oleh anak-anak. Saat anak-anak mencoba melakukannya mereka sangat menyukai permainan-permainan itu. 


Tentu saja permainan tradisional seperti ini menjadi pengalaman bagi anak-anak yang sudah jarang menjumpai permainan tradisional disekitar rumahnya. Saya teringat saat membaca salah satu tulisan tentang Manfaat-permainan-tradisional-bisa-bikin-anak-kreatif, maka jika sebuah tempat menyediakan fasilitas yang bisa diikuti oleh anak-anak dalam bermain tentu saja akan semakin banyak anak-anak kreatif di sekitar kita.

Permainan tradisional yang ada di kafe baca ini hanyalah sebagian dari permainan yang biasa dimainkan dalam masyarakat melayu. Selanjutnya, jika Anda tertarik mengetahui permainan yang biasa dimainkan oleh masyarakat melayu silahkan baca di tulisan Jenis-jenis-permainan-tradisional-masyarakat-melayu.

Budaya melayu di salah satu sudut Kafe Baca.

Setelah sebelumnya saya dan suami melakukan survei, bertanya langsung kepada pemilik Kafe baca ini, bersama mempersiapkan kegiatan di Kafe Baca dengan tetap menjaga protokol kesehatan, akhirnya kami datang dan ikut mempelajari budaya melayu pada 28 November 2020.

Saat sampai di Kafe Baca kami langsung disambut dengan tarian yang dilengkapi dengan pemberian Tepak Sirih sebagai tanda penyambutan. Anak-anak antusias sekali melihat tarian dan mencoba tepak sirih yang diberikan, mereka sih bertanya "ada permen ga?", mereka merasa aneh dengan rasa sirih dan tembakau yang terdapat di tepak yang diberikan kepada mereka.

Bang Irwan juga menjelaskan filosofi dari tepat sirih dalam budaya melayu, tentu pelajaran yang sangat berharga bagi anak-anak dalam mengenal apa yang nenek moyang lakukan dalam menyambut tamu pada zaman dahulu.



Selanjutnya silahkan membaca tentang Tepak Sirih ini ya agar kawan-kawan juga mengetahui informasi lebih banyak tentang tepak sirih tersebut.




Saat berkunjung di Kafe Baca, kami juga menyaksikan musik melayu yang dimainkan langsung oleh para anak-anak muda binaan Kafe Baca yang juga pengelola kafe ini. Mereka juga semangat mengajari anak-anak untuk mencoba langsung alat-alat musik yang biasa digunakan dalam musik melayu seperti accordion, gendang dan alat musik lainnya.



Kafe Baca juga mengajarkan anak-anak kami bagaimana memadukan budaya dengan modernisasi. Perpaduan antara budaya dan teknologi bukan lah sesuatu yang tidak mungkin.

Selanjutnya anak-anak juga mempelajari tarian bersama abang dan kakak di Kafe Baca. Bukan sekedar melihat penampilan tarian-tarian, anak-anak diajari dari belum tau tentang tarian sampai dengan bisa menampilkan tarian di depan tamu lainnya, bahkan anak-anak juga menggunakan kostum seperti layaknya penari asli saat menari.

Biasanya kegiatan pagelaran tari ini dilaksanakan setiap 2 kali dalam sebulan pada Malam Sabtu. Kafe ini biasa membuat pagelaran tari bagi para pengunjung di kafe mereka, bahkan menurut penuturan Bang Irwan terkadang adik-adik penari ini menari untuk tamu kedutaan bahkan sudah pernah mengenalkan tari melayu sampai ke negara tetangga saat diundang ke Thailand.





Selain Kafe Baca ini, sekitar 600M terdapat wisata sawah Paloh Naga. Berbeda dengan kegiatan yang dikelola dengan memanfaatkan edukasi sawah, daerah ini menawarkan kegiatan literasi bagi anak-anak dan pengenalan budaya.

Beberapa kawan bertanya bagaimana cara kami bisa mengakses semua kegiatan yang diatas, karena ada juga kawan- kawan yang sudah datang namun kegiatan pengenalan budaya melayu tidak ada di Kafe Baca tersebut. Kawan-kawan, sebelum singgah secara langsung silahkan kawan-kawan  singgah ke fb Bang Irwan dan  Dewi (Desa Wisata) Kampoeng Lama, untuk mendapatkan informasi dan kontak person agar bisa mendapatkan kegiatan yang seperti kami lakukan.

Tentunya kegiatan yang dilakukan oleh Kafe Baca ini sangat baik untuk dipelajari oleh anak-anak kita, dan kami bersyukur Bang Irwan dan adik-adik pengelola Kafe Baca bisa tetap menjaga protokol kesehatan saat kami beraktivitas bersama. 

Tetap jaga protokol kesehatan, dan semakin sukses ya Kafe Baca.





Komentar

  1. ke sini september tahun lalu saat kebetulan sedang ikutan kunjungan disbudpar deli serang yang lagi bikin pelatihan pengembangan pariwisata. karena suka baca, kerjaanku selain nikmatin wedang jahe dinginnya mereka yang subhanallah enaknya itu, ya ngubek2 rak bukunya mereka. koleksi buku anak mereka menurutku bagus.

    BalasHapus
  2. Ini suatu inivasi di saat kafe lainnya hanya menyediakan makanan dan minuman, culture dan literasi bersatu apalagi ditambah bnyknya kegiatan yg positif buat anak2. Jadi pengin main kesana kk

    BalasHapus
  3. Ya allah koq kudet x awak baru tau ada kafe baca sekeren ini...selain bisa bikin kenyang bisa nambah pengetahuan dan wawasan juga...cuss lah mau kesana..nambah list yang mau didatangi

    BalasHapus
  4. Seru sekali di cafe baca ini ya kak. Bagus banget ngajak anak-anak liburan kesini. suasana yang nyaman, permainan yang edukatif, dan ada taman bacanya juga. lengkap banget.

    BalasHapus
  5. Masyaa Allah keren banget euy. Bisalah nih saya jadikan list daftar yang mau saya kunjungi di masa depan nanti. Kebetulan pun saya memang penggemar budaya melayu. Walaupun bukan orang melayu. Ngelihat dari sini aja sudah merasa takjub. Apalagi datang ke sana secara langsung ya kan.

    BalasHapus
  6. Jadi pengen ke Caffe bacanya. Sebelumnya cerita gadis kecil dah pernah dengar Caffe ini, tapi belum terwujud juga sampe kesana... Aktivitas dan pengalaman untuk anak-anak yang pastinya menarik dan berfaedah ya kak.

    BalasHapus
  7. Jadi pengen ke Caffe bacanya. Sebelumnya cerita gadis kecil dah pernah dengar Caffe ini, tapi belum terwujud juga sampe kesana... Aktivitas dan pengalaman untuk anak-anak yang pastinya menarik dan berfaedah ya kak.

    BalasHapus
  8. Suka sekali dengan semangat bang Irwan melestarikan budaya Melayu sekaligus menumbuhkan minat baca dengan nuansa berbeda. Orang-orang seperti bang Irwan ini layak dibantu juga oleh pemerintah karena mendukung program untuk mencerdaskan anak bangsa.
    Memang minat baca dan literasi sebaiknya dimulakan di rumah, namun untuk orang di pinggiran kebanyakan orangtua sibuk mencari nafkah di sawah dan laut. Alhamdulillah bang Irwan peduli dengan anak-anak tersebut.

    BalasHapus
  9. Wah jadi pengen ke sana buat lihat kegiatan di kafe baca, ada sanggar tarinya juga ya, bisa jadi tempat wisata edukasi ya kak :)

    BalasHapus
  10. duhh kalo ndak sedang pandemi, mau de nyaranin ke guru sekolah anak-anak buat 'karya wisata' ke cafe baca ini.
    anak-anak pasti seneng...

    BalasHapus
  11. Aihh makjang keren kali kegiatan kakelva.com ya, berkunjung ke Kafe Baca di Denai Lama, Pantai Labu, Delser ya, noted. Mau juga ah nanti bawa anak2 ke sana, sekalian mengenalkan budaya atok neneknya. Jangan taunya asik istana maimuun aja, hihi... Nice share ini, Va ^^

    BalasHapus
  12. Inget tepak, inget dulu pernah ikutan nari Melayu pake tepak. Bangga sekali dengan budaya Sumatera Utara

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer

Tentang Olfactory dan Gustatory

Juma Lau, Tempat Wisata Asri Dekat dari Medan

Serunya Belajar Mind Mapping