Hiking dan tumbuh kembang anak
Kami memiliki dua orang putera yang saat ini berusia 13 dan 16 tahun. Salah satu aktivitas yang menyenangkan bagi anak laki-laki adalah beraktivitas di alam seperti hiking dan trekking. Kegiatan ini juga menjadi aktivitas yang menyenangkan untuk menghabiskan liburan bersama keluarga.
Sebelum melakukan kegiatan penjelajahan, berjalan jauh atau mendaki di alam terbuka membutuhkan persiapan dan latihan khusus, terutama untuk pemula. Mempersiapkan latihan fisik untuk mendaki tentunya harus disesuaikan dengan tujuan kegiatan, apakah akan mendaki sampai ke puncak bukit, mencoba trekking, atau sekadar hiking. Trekking ternyata membutuhkan persiapan yang lebih matang dari hiking. Hal ini disebabkan jarak tempuh saat trekking lebih jauh dari hiking.
Namun, masih banyak yang tidak mengetahui perbedaan hiking dan trekking. Padahal, keduanya membutuhkan persiapan yang berbeda.
Yuk kita lihat perbedaan hiking dan trekking
1. Tujuan hiking dan trekking
Menurut Cambridge Dictionary, hiking berarti aktivitas berjalan-jalan di pinggiran kota, pedesaan, dan lingkungan alam terbuka lainnya. Sementara itu, trekking didefinisikan sebagai aktivitas berjalan jauh dengan berjalan kaki untuk kesenangan. Kedua aktivitas di alam ini terdengar hampir sama, tapi perbedaan yang mendasari keduanya adalah jarak tempuh, durasi, dan intensitas kegiatan.
2. Jarak tempuh
Jika dibandingkan dengan trekking, hiking hanya membutuhkan jarak yang lebih pendek dan waktu yang lebih singkat. Anda bahkan dapat menyebut jalan kaki sejauh 2 km di alam terbuka sebagai hiking. Oleh karena itu, hiking tidak seberat atau sesulit trekking. Tidak seperti hiking, trekking membutuhkan waktu hingga beberapa hari, bukan hanya beberapa jam. Dengan kata lain, trekking adalah kegiatan fisik dengan durasi waktu lama yang menempuh jarak sangat jauh, bahkan terkadang bisa melintasi negara yang berbeda.
3. Persiapan
Untuk melakukan hiking umumnya kita tidak perlu mempersiapkan banyak perlengkapan dan peralatan. Biasanya hiking hanya dilakukan selama beberapa jam hingga setengah hari. Kita cukup membawa tas ringan yang berisi air minum, makan siang, kaus kaki cadangan, serta obat-obatan selama melakukan hiking. Jika kita berencana untuk melakukan hiking selama satu hari, kita mungkin perlu membawa pakaian ganti, makanan, kantong tidur, bahkan tenda. Sementara itu, trekking lebih memerlukan banyak persiapan, karena biasanya kita akan menghabiskan waktu hingga beberapa hari, minggu, bahkan bulan.
Selain hal di atas, hal perlu dilakukan adalah menyiapkan alat navigasi (kompas atau peta), tenda dan kantong tidur, obat-obatan, pakaian ganti, peralatan memasak, hingga sepatu yang khusus yang akan digunakan untuk hiking.
4. Intensitas
Biasanya hiking dilakukan di jalur atau jalan yang telah dibuat sebelumnya. Seperti jalan pedesaan, pematang sawah, atau jalur pendakian. Trekking cenderung dilakukan di lokasi yang kurang dapat diakses dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Pilihan lokasi trekking biasanya medan yang sulit, seperti lereng pegunungan, ngarai sungai, garis pantai, bahkan hutan. Inilah mengapa trekking membutuhkan persiapan mendaki yang lebih dan intesitasnya lebih berat daripada hiking.
5. Manfaat
Berdasarkan manfaat, baik hiking maupun trekking tidak memiliki banyak perbedaan. Hiking dan trekking sama-sama merupakan aktivitas yang memperkuat dan menjaga kebugaran jasmani.
Beberapa manfaat fisik dari aktivitas ini antara lain:
- membangun otot dan tulang yang lebih kuat,
- meningkatkan keseimbangan tubuh dan kemampuan sensorik
- meningkatkan kesehatan jantung, dan
- mengurangi risiko masalah pernapasan.
Selain manfaat secara fisik, melakukan aktivitas di alam juga dapat memperbaiki suasana hati dan meningkatkan kesehatan mental. Menurut ulasan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (2015), saat kita menghabiskan waktu di alam terbuka, hal tersebut dapat mengurangi stres, menenangkan kecemasan, dan menurunkan risiko depresi.
Mengajak teman atau anggota keluarga untuk ikut hiking atau trekking juga membuat hubungan menjadi lebih baik. Dengan menghabiskan waktu di alam terbuka bersama, kita bisa membangun atau memperkuat ikatan emosional dengan mereka.
Sebelum melakukan hiking, sebaiknya kita memeriksakan kondisi kesehatan kita. Bahkan jika diperlukan, kita bisa berkonsultasi kepada dokter.
Saat ini mendaki gunung ataupun sekadar hiking banyak dijadikan hobi oleh sebagian orang, termasuk keluarga yang mengajak anak-anak saat melakukannya. Selain karena bisa melihat keindahan alam, berjalan-jalan di alam juga memberikan manfaat kesehatan bagi keluarga termasuk anak-anak.
Beberapa manfaat mengajak hiking atau trekking anak di alam bebas:
1. Mendorong anak-anak untuk menguji batas mereka
Anak-anak memiliki rasa takut yang alami, apalagi jika melakukan sesuatu untuk pertama kalinya. Sehingga dengan mengajak anak untuk mengenal alam dengan hiking dan trekking, anak bisa belajar untuk mengatasi rasa takut serta mendapatkan kepercayaan diri dan mengambil risiko yang sesuai dengan usianya. Orang tua memiliki kesempatan emas untuk mendampingi anak pada proses ini sehingga kelekatan keluarga semakin baik.
Trekking atau hiking akan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk melihat kemampuan mereka, dan untuk mencoba dan meningkatkan keterampilan serta mencapai prestasi baru. Misalnya ketika melintasi jalur baru atau lereng yang pernah membuat mereka takut akan membuat mereka merasa mampu.
2. Meningkatkan kemampuan kognitif
Saat keluarga melakukan hiking atau trekking bersama, anak-anak bisa belajar tentang tumbuhan, hewan, geologi, dan geografi. Dengan berinteraksi secara langsung, anak-anak bisa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan daya berpikir kritis, menggunakan pemikiran untuk meningkatkan persepsi mereka sendiri, melatih fokus dan perhatian penuh, dan menggunakan keterampilan ingatan mereka. Waktu rekreasi yang secara aktif melibatkan mental anak-anak sangat bagus untuk kemampuan kognitif mereka, dan hiking tentu cocok untuk itu.
3. Menciptakan peluang untuk pembelajaran sensorik
Selama masa anak-anak, mereka biasanya secara alami mulai menjelajah untuk mencari tekstur, suara, rasa, bau, dan sensasi baru. Dengan mendaki, anak-anak berpeluang mengaktifkan sensorik baru yang dapat membantu anak-anak meningkatkan keterampilan dalam tugas belajar yang lebih kompleks dan juga dapat mendukung perkembangan motorik dan bahasa.
4. Mengajar dengan cara yang berbeda
Alam terkembang menjadi guru, demikianlah bunyi salah satu pepatah orang tua saya dulu. Selain di sekolah, anak juga bisa belajar lewat alam sekitarnya dan tentunya mempelajari langsung adalah hal yang lebih menarik bagi anak. Ketika membawa anak untuk mengenal alam, maka secara tidak langsung orang tua akan bertindak sebagai guru. Apalagi ketika berlibur, anak tidak juga tetap bisa belajar untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya.
5. Hiking bermanfaat menjaga hubungan dalam keluarga atau pertemanan.
Bukan rahasia lagi bahwa menghabiskan waktu di hutan, baik untuk hiking atau di kabin atau tenda yang dikelilingi oleh permadani pepohonan, bisa memberikan dopamin. Dopamin adalah zat kimia di dalam otak yang berperan besar dalam memengaruhi emosi, sensasi kesenangan hingga rasa sakit yang bisa dirasakan seseorang. Dengan menghabiskan waktu di alam bebas, kita dapat memperbaiki hubungan kita denga Maha Pencipta, alam, keluarga dan tentu saja dengan lingkungan kita.
Terlibat dalam percakapan yang lebih dalam dan bermakna dengan teman dan keluarga saat hiking atau trekking, bermanfaat juga untuk memperbaiki komunikasi yang pernah kita lakukan sebelumnya pada teman atau pun keluarga. Hal itu bukanlah suatu kebetulan. National Park Service, menyatakan bahwa salah satu manfaat utama dari hiking di luar kesehatan fisik dan mental adalah kesehatan relasional. Apakah saat kita memulai perjalanan alam yang santai atau pendakian yang sangat menantang, melakukannya bersama pasangan, anggota keluarga, atau sekelompok teman akan menciptakan pengalaman bersama yang dapat membantu memperkuat ikatan di antara kita.
Sebuah studi baru yang didanai oleh L.L.Bean menemukan bahwa berbagi rasa kagum di alam bebas membentuk hubungan sosial dan persahabatan yang lebih dalam. Dan dalam studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam Psikologi Terapan: Kesehatan dan Kesejahteraan, para peneliti menemukan bahwa ketika membandingkan jalan ibu-anak selama 20 menit di dalam dan di luar ruangan, dan suasana hati serta konten percakapan di dalamnya, menghabiskan waktu bersama di luar ruangan secara signifikan memengaruhi interaksi positif dan mengurangi pengaruh negatif antara ibu dan anak perempuan.
6. Hiking untuk meningkatkan komunikasi
“Mendaki alam adalah bentuk olahraga yang melepaskan hormon endorfin; endorfin adalah bahan kimia di otak yang melepaskan perasaan baik,” jelas psikolog Alyson Nerenberg, penulis buku No Perfect Love. Meningkatkan endorfin menyebabkan lebih sedikit stres dan kecemasan, tidur yang lebih baik, dan kesehatan mental yang lebih baik, dan ketika tubuh Anda melepaskan endorfin, Anda sering merasa lebih sedikit stres dan kecemasan dan lebih terbuka untuk berkomunikasi daripada mengisolasi."
Lalu ada fakta bahwa hiking dan dikelilingi oleh alam dapat membantu menempatkan segala sesuatunya dalam perspektif. “Dikelilingi oleh alam mengingatkan kita bahwa masalah kita lebih kecil dari yang kita pikirkan dan bahwa kita adalah bagian dari dunia yang spektakuler,” kata Dr. Nerenberg. “Jika kita merasa kewalahan dan takut untuk berbagi perjuangan kita, kita mungkin menyadari bahwa kesulitan kita tidak sebesar kelihatannya.”
Karena itu, Dr. Nerenberg mengatakan bahwa percakapan yang sulit umumnya dapat menjadi lebih mudah saat hiking. “Ketika Anda terjebak di sekitar meja mencoba melakukan percakapan serius, itu bisa terasa canggung, dan satu atau lebih orang bisa menutup diri atau menjadi defensif,” jelasnya. “Ketika Anda berada di luar hiking di alam, itu melepaskan tekanan dari pembicaraan duduk formal dan memungkinkan Anda untuk mengambil napas dalam-dalam dan bersantai. Anda sering lebih memperhatikan napas Anda saat Anda berjalan di tanjakan, atau fokus pada lingkungan yang indah, dan komunikasi dapat mengalir lebih mudah.” Bagi banyak dari kita, seringkali lebih mudah untuk melakukan percakapan yang sulit ketika tidak melihat langsung ke orang lain
Selain membuat percakapan tidak terlalu mengintimidasi, hiking juga mendorong orang untuk lebih hadir. Lagi pula, untuk mendaki orang biasanya menyimpan ponsel dan layar lainnya. Dengan menghilangkan rangsangan dari luar, ada lebih banyak ruang untuk benar-benar terhubung dengan orang atau orang yang Anda ajak mendaki. Itu sebabnya, bahkan jika Anda memiliki kesempatan untuk duduk atau beristirahat di tengah pendakian, psikolog klinis Megan Jones Bell, yang merupakan direktur klinis konsumen dan kesehatan mental di Fitbit, mengatakan untuk melawan keinginan untuk memeriksa email dan sosial. media saat berada di alam. "Untuk mendapatkan manfaat paling banyak dari berada di luar ruangan bersama orang lain, penting untuk tetap hadir dan terlibat," katanya.
7. Hiking atau trekking bisa dimanfaatkan untuk percakapan dan koneksi di alam bebas
Jika kita tidak yakin bagaimana memulai percakapan yang mengalir bebas, Dr. Bell menyarankan untuk mengajukan pertanyaan. “Untuk keluar dari rutinitas ‘bagaimana hari Anda’, coba ajukan pertanyaan terbuka dan mengundang berbagi,” katanya. Kita tidak perlu takut menangani hal-hal besar. “Akan lebih mudah untuk meninggalkan ruang untuk keheningan saat berbagi aktivitas di luar ruangan sehingga terkadang percakapan yang lebih dalam bisa terasa lebih mudah didekati.”
Pilihan lain adalah memulai waktu kita di alam dengan meditasi bergerak. “Orang-orang dapat memanfaatkan waktu mereka sebaik mungkin di luar ruangan dengan mempraktikkan kesadaran bersama secara teratur,” kata Dr. Bell.
Untuk membina hubungan, Dr. Nerenberg menyarankan agar orang lain tahu betapa senangnya mereka karena mereka menemani kita begitu juga sebaliknya.
Kita juga dapat mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah melakukan hiking dan trekking bersama kita termasuk anak-anak. Hal tersebut sangat membantu kita membuka diri dengan lebih nyaman. Jika kita kesulitan berkomunikasi dengan orang yang kita cintai, pertama kali kita mendaki bersama mungkin tidak menghasilkan percakapan yang luar biasa. Hal itu tidak mengapa, kita bisa fokus untuk menciptakan pengalaman positif sehingga kita ingin mendaki bersama lagi.
Komentar
Posting Komentar