Memahami perkembangan otak anak remaja

Penghujung tahun 2023 sudah datang, biasanya saya akan sibuk membuat refleksi bersama keluarga dan membuat resolusi 2024 bersama keluarga. Otak saya berpikir seketika saat melihat pengumuman dari team RnD, City Leader Hexagon City tentang mentorship 2023Berdasarkan refleksi kebutuhan belajar, saya mencari mentor untuk penulisan karya ilmiah dan mentor untuk tumbuh kembang anak, khususnya remaja.

Saat melihat daftar, AHA ada yang cocok ni, ada Mak Ika, panggilan akrab yang kami sematkan pada Mbak Ardaniya Rizka dari CH Laras Hati. Beliau adalah Hexagonia dari Batch 1. Di Hexagon City, value yang kami terapkan salah satunya adalah semua guru, semua murid. Tidak jarang kami berganti posisi baik sebagai mentor dan mentee. 

Value lain yang kami tanamkan adalah Sharing is Caring, berbagi sebagai bentuk cinta dan kepedulian pada lingkungan disekitar kami. Para Hexagonia tidak sungkan berbagi ilmu pengetahuan, keahlian, minat dan bakat serta karya yang sudah diterapkan terlebih dahulu pada diri masing-masing.

Sebelum memulai sesi mentoring, Mak Ika mengajak saya ngobrol santai dan beliau menggali kebutuhan belajar saya, apa saja yang saya ketahui, mau fokus memahami perkembangan otak anak dari usia berapa, targetnya apa dan seterusnya.

Asyik ga sih kalau sebelum belajar kita ditanyain seperti itu?, kalau saya sih iyes, kalau kamu??

Pada sesi pertama mentoring kami mendiskusikan tentang Understanding The Teenager's Brain. Saya diajak belajar memahami perkembangan otak anak, agar bisa memahami dan memberikan stimulus yang tepat pada proses pendampingan kedua putra saya yang memasuki fase balig. Istilah yang digunakan dan pembahasan perkembangan otak ini mengingatkan saya pada pelajaran biologi semasa sekolah.


Teman-teman para ibu, pernah merasa bosan ga ngingetin anak remajanya?. Kok ya ngasi tau itu mesti berulang sih bang, kakak?. Udah berapa kali Bunda ingetin, kok masih lupa dan seterusnya. Nah ternyata memang demikian salah satu hal yang bisa kita lakukan sebagai orang tua. Ternyata pada usia remaja, Frontal lobe belum berkembang dengan signifikan di usia remaja (usia 12-20tahun). Salah satu fungsi bagian otak ini antara lain berkaitan dengan Prospective memory, yaitu kemampuan untuk mengingat satu aktivitas yang harus dilakukan dalam satu waktu. Remaja memang butuh diingatkan secara berulang, walau terkadang mereka bosan mendengarnya.

Sulung saya pernah menjawab saat saya berulang mengingatkan barang yang dibawanya balik ke asrama, saat itu dia menjawab "sudah Umi, dari tadi juga Umi sudah mengingatkan abang." Terus saya sampaikan, "Iya, Umi tahu sudah mengingatkan abang berulang," saya minta dia mencatat jumlah barang yang dibawanya, khususnya jika dia melakukan perjalanan seorang diri dengan jumlah barang bawaan yang tidak sedikit".

Setelah sampai di bandara dan menunggu bagasi, dia menyempatkan bertanya lewat ponsel, "tadi jumlah barang bawaan abang sekian tas, dan sekian kotak kan Umi?." Alhamdulillah dengan mendengarkan dan tau perkembangan otak remaja dari Mak Ika ini, saya tidak menjawab pertanyaan anak saya dengan kata "itu lah sudah berapa kali umi bilang, harusnya abang..udah kebayang panjangnya omelan saya kan..nah itu kalau saya belum belajar dan menganggap anak saya enteng saja dengan pesan saya bahkan bisa jadi saya memberi label pada anak saya dan menganggap anak saya ceroboh.

Saat itu saya cuma menjawab, "ya nak, coba abang ingat berapa tadi jumlah barang bawaan abang, dan apa saja, Alhamdulillah dia ringkas melakukan tugasnya mengumpulkan semua barang bawaan dari rumah.

Pada mentorship sesi perdana ini kami membahas perkembangan otak anak yang tidak saja berfungsi pada kemampuan akademis, memori namun juga sensori dan emosi. Jadi mamak Insyaa Allah semakin memahami cara dalam mendampingi kedua jagoan.

Kenapa sih harus mempelajari perkembangan otak segala?, teman-teman para ibu tahu ga, ada fakta menarik yang juga kami bahas tentang perkembangan otak anak remaja, yakni; "Nurture can modify nature". Kita harus mempersiapkan diri dan menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang otak anak-anak kita secara optimal, karena lingkungan ngaruh loh ke tumbuh kembang otak anak. Yuk bisa yuk..kita belajar mendukung tumbuh kembang otak anak secara optimal.
Bismillah bisaaaaa.


Berselang ke minggu berikutnya, kami melakukan sesi kedua mentorship. Kami masih membahas perkembangan secara fisik pada otak remaja. Saya menaruh perhatian khusus pada silde "Otak Remaja; Otak emosi sudah matang tetapi otak kognisi masih belum matang". Hmmm saya jadi teringat bagaimana ya perkembangan emosi dan sosial anak-anak saya?. Sembari mendengarkan pemaparan materi, wajah kedua anak saya silih berganti hadir. 

Mak Ika, menjelaskan Whole Brain Model, perkembangan otak manusia bagian atas dan bawah, otak kanan dan kiri serta hal-hal apa saja yang berkembangan pada belahan otak tersebut. Untuk penjelasan lebih lanjut bagian ini, teman-teman bisa klik web ini.

Pembasahan materi berlanjut pada ciri remaja dilihat dari hal biasanya yang menandakan remaja dari tingkah lakunya yang mencerminkan perkembangan otak pada usia ini. Biasanya kita melihat anak-anak remaja itu impulsif, agresif, bergejolak secara emosional, reaktif terhadap stres, rentan terhadap tekanan teman sebaya, rawan untuk fokus secara emosional, melebih-lebihkan hasil jangka pendek dan meremehkan konsekuensi jangka panjang pada apa yang mereka telah lakukan dan pada umumnya mengabaikan tindakan alternatif.

Bagian akhir ini khusus menjadi latihan anak-anak di rumah. Merencanakan tindakan alternatif dan memasukkan dalam list perencanaan mereka. Karena memang seperti asing mendengarkan saya mengucapkan ada tindakan alternatif dalam perencanaan yang mereka buat. Misal ni dalam minggu ini, Anak kedua saya sudah tau sore sepulang sekolah di hari-hari tertentu dia akan langsung ke SSB Tasbih tempatnya berlatih bola. Lalu paginya dia menyampaikan membutuhkan perlengkapan sekolah yang harus dia beli setelah pulang SSB, saya mengingatkan nya untuk membawa perlengkapan yang harus dibawanya sampai  bagaimana jika dia tidak bisa turun seperti yang dia rencanakan. Buat anak remaja saya ini, aneh jika sudah ada rencana namun tetap memikirkan alternatif jika rencananya gagal, menurutnya apa yang direncanakan seharusnya tinggal dibuat sampai sukses, udah jadi.

Anak remaja saya ini belum memahami banyak hal yang bisa membuat rangkaian rencananya gagal. Bisa jadi karena hujan deras, atau secara waktu kami memang tidak bisa singgah dan lain sebagainya. Jadi saya pelan-pelan mengingatkan anak-anak saya, jika kita melakukan sesuai Plan A itu mantap, tetapi bisa jadi di lapangan bisa berganti dengan plan B, maka tugas kita  minimal merencanakan dan sekali lagi memasukkan dalam list perencanaan.

Saya dan Mak Ika juga membahas 6 Prinsip Otak Ajar, mudah-mudahan secara khusus nanti saya menuliskan tentang ini juga. Inti dari pembahasan 6 Prinsip Otak Ajar ini antara lain bagaimana menghadirkan otak belajar yang nyaman dan menyenangkan, bagaimana otak belajar melalui proses penginderaan, bagaimana menggunakan sistem kendali gerak, bagaimana otak menyimpan data dalam wujud simbol dan menyimpan informasi dalam bentuk kata/cerita, gambar dan warna, bagaimana otak belajar dengan melakukan hal-hal yang baru, padu dan penuh makna serta bagaimana otak belajar dengan pengalaman memilih, memutuskan atau mengambil resiko dan memecahkan masalah.

Cukup memantik semangat mempelajarinya sembari melakukannya bersama anak-anak.


Tahun 2024 baru memasuki minggu kedua dan saatnya saya dan Mak Ika menuntaskan sesi mentorship ke 3 seperti yang tertera pada flyer mentorship Hexagon City. Sub tema yang kami bahas kali ini adalah Learn Teenager's Brain. Pada pemaparan materi ketiga ini kami lebih mendiskusikan perbedaan perkembangan otak remaja laki-laki dan perempuan dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa perbedaan pada perkembangan otak anak remaja perempuan dan laki-laki, baik yang berhubungan pada emotion and motivation pada limbic brain serta instincts and urges pada reptilian Braindecision making dan pada neo-cortex

Lebih dalam kami membahas tentang cara membantu anak meregulasi otak remajanya. Cara yang bisa kita lakukan yakni :
  1. Verbal Feedback. Remaja belajar melakukan atau memberi feedback dari lingkungan terdekatnya. Maka kita bisa membantu memberikan contoh bagaimana orang tua berpikir sebelum bertindak agar bisa memberikan feedback secara tepat.
  2. Menetapkan Structure atau batasan. Remaja harus dikenalkan dengan batasan yang jelas, mana yang boleh mana yang tidak boleh, walaupun dari pengalaman kita, anak remaja kita akan melakukan "testing the limit", jangan goyah kalau di tes anak ya mak..wkwkwkwk
  3. Natural Consequences. Member IP udah terbiasa dengan kalimat, It's ok to make mistake as long as i learn from my mistakes. Nah saat anak remaja kita melakukan kesalahan, anak perlu merasakan efek dari kesalahan yang diperbuatnya, karena tidak semua kesalahan atau hal yang tidak kita inginkan, bisa kita cegah sebelum anak melakukannya. Dan ternyata belajar dari kesalahan itu memang kita perlukan termasuk oleh anak remaja kita. Hal yang harus kita bantu adalah bagaimana anak remaja kita belajar dan menarik makna dari kesalahan tersebut.
Hal menarik lainnya pada pembahasan sesi akhir mentorship ini adalah tentang Sirkuit Reward. Apa sih yang bisa membuat anak kita berlatih tentang hal positif dan itu membuat dia ketagihan, bisa menjadi habit bahkan menjadi karakter anak?. Yuk libatkan otak anak, ini penting diterapkan untuk anak-anak saya, bagaimana melibatkan anak pada proses belajar dengan aqil balig yang sesuai fitrah anak. 

Dengan Sirkuit Reward, kita bisa mengajak anak-anak membuat goal belajar anak. Gunakan kata-kata yang mengandung kekuatan untuk bisa diterapkan oleh anak. Goal yang dibuat harus bisa terinderawi katanya. Jadi bisa dilihat oleh mata, bisa dirasakan kulit, didengarkan dan seterusnya. Lalu ulangi sampai betul-betul nyata dan jangan lupa DITULIS.

Sebelum kami membahas tentang masalah yang bisa dan biasanya terjadi pada remaja, kami terlebih dahulu membahas bagaimana kesiapan otak anak sehingga creative thinking dan critical analitic thinking anak bisa berkembang dengan baik.

Wah kompleks sekali pembahasan tentang perkembangan otak ini. Semoga bisa menjadi bekal saya mendampingi anak-anak dengan lebih baik lagi.





Komentar

  1. MasyaAllah kak Elva pas sekali ini dengan keadaan awak sekarang. Punya anak remaja yang rasanya kok dikasihtau bolak balik. Ternyata gak boleh malah diomel bilang "udah bolak-balik dikasih tau......"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata karena secara perkembangan otaknya belum maksimal yah, jadi sebagai orang tua harus sabar dan tetap mengingatkan..mungkin caranya saja yang kita ubah, dengan tetap mengupayakan anak-anak bisa tumbuh secara mandiri ya..

      Hapus
  2. Saya juga punya anak yang mau masuk usia baligh.
    Seringnya dengerin konten-kontennya ibu Aisyah Dahlan.
    Saya seneng bisa baca tulisan kak Elva. Nambah wawasan. Tq

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, semoga anak-anak kita tumbuh dengan baik sesuai doa kita ya..

      Hapus
  3. Bener ya Bun. Kalau bukan kita sebagai ortu yang harus belajar memahami otak anak remaja kita, takutnya anak malah sering mencari validasi diri ke lingkungan luar yang kurang baik untuk perkembangannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, sebagai orang tua kita bersiap agar anak-anak tumbuh dengan pendampingan terbaik dari orang tuanya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer

Tentang Olfactory dan Gustatory

Juma Lau, Tempat Wisata Asri Dekat dari Medan

Serunya Belajar Mind Mapping