Lebih dari Rp 20.000
Sulung kami, Ghaza meminta kami berhenti di sebuah mini market, karena minuman yang kami miliki sudah habis.
Setelah suami saya memarkirkan mobil dengan baik, kami pun memulai diskusi. Saya memastikan apa saja yang dibutuhkan anak-anak saya, mereka menjawab minuman. Itu yang akan mereka beli di minimarket yang kami tuju.
Saya lalu mengeluarkan uang Rp 20.000, saya melihat ke arah anak-anak, menatap wajah mereka untuk memastikan mereka tidak komplain dengan jumlah uang yang saya berikan, jika mereka komplain pun mereka akan tahu sedang berhadapan dengan siapa..😂
Saya menyerahkan uang kepada sulung kami, dia yang akan memimpin aktivitas berbelanja ini. Dia dan adiknya Hilmi yang akan berbelanja, berdua saja tanpa saya atau suami.
Setelah mereka turun dari mobil, giliran saya mendapatkan tatapan hangat suami, beliau ragu saya membiarkan anak-anak tanpa dampingan langsung dari saya.
Ehmm..ehhmm..biarkan..jawab saya pada suami atas tatapan darinya..😂
Tubuh mereka terlihat dari balik kaca minimarket itu. Saya menyaksikan mereka berjongkok, membaca, melihat dengan seksama, lalu membuka kulkas, menutup dan membuka kulkas lagi. Lalu mereka baris untuk mengantri, saya berbicara kepada suami yang sedari tadi sudah ragu atas keputusan saya untuk tidak mendampingi langsung anak-anak kali ini saat berbelanja.
...akhirnya mereka mengantri, sayang mereka belum tertib, masih belum tenang dan berbalik lagi mencari yang lain, kalau anak-anak terus seperti itu antrian mereka akan dipotong oleh orang lain.., giliran saya yang mulai ragu.
Benar saja, anak-anak berbalik kembali ke arah jajaran makanan dan minuman, menukar sesuatu. Ah..apa kali ini mereka akan mengantri?, saya mulai meragukan diri sendiri, sudah lebih dari 20 menit untuk menghabiskan Rp 20.000. Seharusnya saya turun.
Disaat akan membuka pintu dan turun dari mobil, dan saat saya ingin menyusul mereka, saya melihat sulung saya dan adiknya berbaris untuk mengantri, cukup menegangkan buat saya dan suami yang sedari tadi menunggu mereka.
Wajah Ghaza muncul dari balik pintu, tanpa membawa satu pun makanan atau minuman. Saya menurunkan kaca jendela, "ada apa bang, uangnya tidak cukup?", "cukup kok", jawaban itu saya terima sembari melihat Hilmi yang berlari mengejar abangnya. Bungkusan ada ditangan mungilnya. Akhirnya..Alhamdulillah..
"Bagaimana rasanya berbelanja hanya berdua?".."banyak yang enak mi, bingung memilihnya"..itu jawaban yang saya terima dari Hilmi.
"Banyak yang harus dibaca mi sebelum dipilih, melihat dan membaca logo halal, izin kesehatan, kadaluarsa, truskan harus cukup uangnya", laporan Ghaza saya terima.
Kali ini saya yang menatap suami dengan penuh arti, "umi benar bi..sudah bisa dilepas dan belajar mandiri", padahal dalam hati jangan tanyakan rasanya melihat anak seperti kebingungan berbelanja. Antara menganggap diri keterlaluan dan si raja tega..😣
"Lalu, cukup uang Rp 20.000 nya?", tanya saya pada anak-anak.
"Masih cukup umi, jumlah uang yang kami belanjakan Rp 19.400, lalu kembaliannya abang serahkan kepada tante berjilbab itu, Ghaza bilang ambil saja kembaliannya untuk sedekah tante.."
Oh so cuiiit nak ku..
Masyaa Allah..Tabarakallah..
Lebih dari sekedar Rp 20.000, hari ini uang menjadi indikator kalian semakin bijak memilih apa yang kalian butuhkan.
Hari ini kalian memutuskan apa yang bisa diperoleh dengan uang yang dimiliki bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi memikirkan apa yang dibutuhkan oleh saudara dan orang tua.
Setelah kalian mencukupkan apa yang kalian butuhkan kalian ingat untuk berbagi.
Kalian juga mengingat dengan baik mengupayakan makan dan minum dengan halal dan toyyib.
Lebih dari arti Rp 20.000, kalian saling menjaga dan menimbang agar sama-sama terpenuhi kebutuhan kalian.
Uang Rp 20.000 dalam genggaman tangan mungil kalian menjadi ujian buat kami orang tua kalian untuk menahan diri untuk tidak langsung dan terus mengurusi kalian untuk hal-hal teknis yang sudah bisa kalian sendiri yang memutuskan.
Uang itu ujian buat kami orang tua kalian, arti cukup dan bukan berlebihan sebagai wujud syukur yang terus kita budayakan dalam keluarga kita.
Semoga Allah SWT meridhoi proses belajar kita semua.
Insya Allah..😊😍
Setelah suami saya memarkirkan mobil dengan baik, kami pun memulai diskusi. Saya memastikan apa saja yang dibutuhkan anak-anak saya, mereka menjawab minuman. Itu yang akan mereka beli di minimarket yang kami tuju.
Saya lalu mengeluarkan uang Rp 20.000, saya melihat ke arah anak-anak, menatap wajah mereka untuk memastikan mereka tidak komplain dengan jumlah uang yang saya berikan, jika mereka komplain pun mereka akan tahu sedang berhadapan dengan siapa..😂
Saya menyerahkan uang kepada sulung kami, dia yang akan memimpin aktivitas berbelanja ini. Dia dan adiknya Hilmi yang akan berbelanja, berdua saja tanpa saya atau suami.
Setelah mereka turun dari mobil, giliran saya mendapatkan tatapan hangat suami, beliau ragu saya membiarkan anak-anak tanpa dampingan langsung dari saya.
Ehmm..ehhmm..biarkan..jawab saya pada suami atas tatapan darinya..😂
Tubuh mereka terlihat dari balik kaca minimarket itu. Saya menyaksikan mereka berjongkok, membaca, melihat dengan seksama, lalu membuka kulkas, menutup dan membuka kulkas lagi. Lalu mereka baris untuk mengantri, saya berbicara kepada suami yang sedari tadi sudah ragu atas keputusan saya untuk tidak mendampingi langsung anak-anak kali ini saat berbelanja.
...akhirnya mereka mengantri, sayang mereka belum tertib, masih belum tenang dan berbalik lagi mencari yang lain, kalau anak-anak terus seperti itu antrian mereka akan dipotong oleh orang lain.., giliran saya yang mulai ragu.
Benar saja, anak-anak berbalik kembali ke arah jajaran makanan dan minuman, menukar sesuatu. Ah..apa kali ini mereka akan mengantri?, saya mulai meragukan diri sendiri, sudah lebih dari 20 menit untuk menghabiskan Rp 20.000. Seharusnya saya turun.
Disaat akan membuka pintu dan turun dari mobil, dan saat saya ingin menyusul mereka, saya melihat sulung saya dan adiknya berbaris untuk mengantri, cukup menegangkan buat saya dan suami yang sedari tadi menunggu mereka.
Wajah Ghaza muncul dari balik pintu, tanpa membawa satu pun makanan atau minuman. Saya menurunkan kaca jendela, "ada apa bang, uangnya tidak cukup?", "cukup kok", jawaban itu saya terima sembari melihat Hilmi yang berlari mengejar abangnya. Bungkusan ada ditangan mungilnya. Akhirnya..Alhamdulillah..
"Bagaimana rasanya berbelanja hanya berdua?".."banyak yang enak mi, bingung memilihnya"..itu jawaban yang saya terima dari Hilmi.
"Banyak yang harus dibaca mi sebelum dipilih, melihat dan membaca logo halal, izin kesehatan, kadaluarsa, truskan harus cukup uangnya", laporan Ghaza saya terima.
Kali ini saya yang menatap suami dengan penuh arti, "umi benar bi..sudah bisa dilepas dan belajar mandiri", padahal dalam hati jangan tanyakan rasanya melihat anak seperti kebingungan berbelanja. Antara menganggap diri keterlaluan dan si raja tega..😣
"Lalu, cukup uang Rp 20.000 nya?", tanya saya pada anak-anak.
"Masih cukup umi, jumlah uang yang kami belanjakan Rp 19.400, lalu kembaliannya abang serahkan kepada tante berjilbab itu, Ghaza bilang ambil saja kembaliannya untuk sedekah tante.."
Oh so cuiiit nak ku..
Masyaa Allah..Tabarakallah..
Lebih dari sekedar Rp 20.000, hari ini uang menjadi indikator kalian semakin bijak memilih apa yang kalian butuhkan.
Hari ini kalian memutuskan apa yang bisa diperoleh dengan uang yang dimiliki bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi memikirkan apa yang dibutuhkan oleh saudara dan orang tua.
Setelah kalian mencukupkan apa yang kalian butuhkan kalian ingat untuk berbagi.
Kalian juga mengingat dengan baik mengupayakan makan dan minum dengan halal dan toyyib.
Lebih dari arti Rp 20.000, kalian saling menjaga dan menimbang agar sama-sama terpenuhi kebutuhan kalian.
Uang Rp 20.000 dalam genggaman tangan mungil kalian menjadi ujian buat kami orang tua kalian untuk menahan diri untuk tidak langsung dan terus mengurusi kalian untuk hal-hal teknis yang sudah bisa kalian sendiri yang memutuskan.
Uang itu ujian buat kami orang tua kalian, arti cukup dan bukan berlebihan sebagai wujud syukur yang terus kita budayakan dalam keluarga kita.
Semoga Allah SWT meridhoi proses belajar kita semua.
Insya Allah..😊😍
Komentar
Posting Komentar