Berkarya dari masalah

Belajar menyelesaikan masalah dengan membuat sebuah karya bersama keluarga ternyata sungguh mengasyikkan. Pengalaman belajar ini saya dapatkan saat mengikuti sesi AHT Advance Training. AHT atau A Home Team adalah salah satu program inovasi Ibu Profesional. Pada umumnya saat menghadapi masalah kita akan panik, resah atau pun malah marah. Pada training tingkat lanjutan di AHT ini, setelah mencoba mengurai masalah dan menemukan akar masalah, tahap selanjutnya kami diminta merumuskan solusi bersama keluarga dan menjadikannya sebagai project keluarga. 

Saya menjadikan komunikasi dalam keluarga saya sebagai tantangan bersama keluarga untuk dicari akar masalah sampai dengan solusinya. Saat ini kami memiliki anggota keluarga yang terpisah jarak karena menempuh pendidikan di provinsi yang berbeda dengan tempat kami tinggal.

Secara teori, pada saat berkomunikasi akan terjadi hubungan interpersonal. digilib.uinsa.ac.id dalam sebuah makalah yang dimuat nya, menyatakan hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction. Menurut Rakhmat (1999) terdapat beberapa faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan Interpersonal dalam komunikasi interpersonal, yaitu: percaya (trust), sikap supportif, dan sikap terbuka (open mindedness)

Tahap menjadikan solusi sebagai project keluarga ini membutuhkan kerja sama yang solid diantara keluarga kami. Saya mencoba bersama keluarga membuat sebuah project keluarga yang bernama "CERKOM". CERKOM adalah singkatan cerdas berkomunikasi. Project ini bertujuan menjembatani komunikasi diantara keluarga yang berpisah jarak.

Gambaran CERKOM ini antara lain 

Jejak :

Pada tahap jejak kami merumuskan, apa yang kami maksudkan dengan Cerdas Berkomunikasi ala keluarga kami adalah melakukan komunikasi yang mengedepankan kualitas komunikasi. Karena jarak yang memisahkan kami dengan salah satu anggota keluarga, maka kami berupaya berkomunikasi dengan kualitas tertentu. Standar yang kami gunakan dalam berkomunikasi adalah berbagi informasi, inspirasi dan edukasi. dalam CERKOM kami berusaha menciptakan saling pengertian atau pemahaman yang sama. Semua anggota keluarga bukan hanya sekadar bertukar informasi, berita, pengetahuan, pikiran, ide, gagasan atau perasaan, tetapi menciptakan dan berbagi makna yang bisa dirasakan bersama, sehingga makna tersebut menjadi milik bersama dalam keluarga kami. Kami menentukan tujuan berkomunikasi dengan CERKOM adalah semua anggota keluarga menjadikan CERKOM sebagai sarana penghubung dengan menyamakan persepsi diantara kami saat kami berkomunikasi

Refleksi dan Apresiasi : 

Kami akan melakukan refleksi dan apresiasi bagaimana CERKOM ini bisa kami terapkan dalam kehidupan kami. Refleksi dan apresiasi akan kami lakukan setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan.

Team work :

Team work project ini terdiri dari saya sebagai manager project, suami sebagai perekam jejak dan anak-anak.

Durasi :

Project ini akan berlangsung selama 3 bulan

Indikator sukses.

Dalam 3 bulan kami bisa saling bertukar informasi, inspirasi dan edukasi yang dituangkan dalam sebuah karya (produk, jasa atau catatan perjalanan project). Dalam 3 bulan anak-anak mampu berkomunikasi dengan lebih santun dan menyenangkan antara saudara kandung walau pun terkadang ada kendala signal dan sebagainya. Membuat tips dan atau trik CERKOM ala saya dan bisa mempresentasikan nya dalam pertemuan refleksi dan apresiasi.

Challenge :

Bulan 1-3 bisa membuat 3 jurnal belajar CERKOM. 

Bulan 2-3 bisa membuat ice breaking CERKOM ala keluarga ALREVA

Kami memulai project ini secara perlahan, di dalam tahap proses merencanakan dan melaksanakan CERKOM, ada beberapa hal yang menjadi perhatian kami bersama. Perhatian kami tujukan pada pentingnya berkomunikasi agar :

  1. Kami tidak hanya berbicara ketika ada masalah

Di dalam keluarga kami melakukan pembicaraan atau obrolan adalah hal yang harus dilatihkan, dari hal penting untuk diobrolkan sampai pada hal yang tidak penting atau yang penting ngobrol. Ngobrol bareng adalah mantra ajaib yang menjadi rutinitas yang kami lakukan bersama keluarga. Dengan kegiatan ngobrol bareng ini kami mencegah adanya  jarak antara orang tua dengan anak atau antara anak dengan anak. Namun, saat ini jarak menjadikan kami harus memilah dan memilih kapan dan apa isi komunikasi yang akan kami sampaikan, sehingga jarak diantara kami tidak menjadi kendala berkomunikasi. Kami mencegah anak-anak kami menjadi enggan terbuka pada orangtua, bahkan enggan pula untuk sekedar berbicara hal yang ringan sehari-hari, sampai akhirnya bisa saja anak berbicara jika ada masalah saja.

    2.Kami tidak menyimak perkataan lawan bicara

Kesalahan tidak menyimak perkataan lawan bicara bisa saja terjadi. Kami berupaya agar saat berbicara dan menanggapi lawan bicara, kami tidak sambil sibuk melakukan pekerjaan lain, kecuali pekerjaan itu benar-benar penting, misalnya suami saya yang harus melayani pasien. Kami berupaya agar komunikasi disepakati waktunya, durasi, sehingga kami benar-benar menyimak apa yang dikatakan oleh lawan bicara. 

    3. Validasi Emosi

Saat kita berkomunikasi, sebaiknya dilakukan dalam kondisi tenang. Hal ini penting supaya pesan atau informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan utuh dan mudah dipahami. Dalam CERKOM, kami melakukan validasi emosi dan melatih nya, hal-hal yang dapat memunculkan respon emosi selama berbicara dalam keluarga antara lain: rasa panik, rasa khawatir, rasa kecewa, dan rasa marah. Jika kami berada dalam emosi seperti ini, kami harus memastikan bahwa kami harus berlatih tenang sebelum menyampaikan komunikasi dalam keluarga.

    4. Underestimate

Sikap underestimate atau meremehkan lawan bicara adalah sebuah kesalahan. Semua lawan bicara dalam keluarga kami memiliki kebutuhan untuk dihargai, termasuk anak-anak. Ketika lawan bicara menceritakan atau menyampaikan sesuatu, maka, kami sebagai pendengar harus memperhatikan terlebih dahulu. Saat berkomunikasi tentu kita ingin apa yang kita sampaikan diperhatikan, disimak, dan dipandang penting oleh lawan bicara. Kata-kata, seperti “kamu tahu apa sih?” “Ah, sok tahu!” dan ungkapan meremehkan lainnya, harus dihindari. Kami akan berlatih menyampaikan hal yang tidak tepat, tidak disenangi atau saat merespon lawan bicara yang salah dengan asertif dan sopan santun.

    5. Jangan menceramahi sebelum mendengarkan dan sebelum diminta

Sebagai orang tua biasanya kami antuasi memberikan pesan-pesan penuh nasihat, ceramah, dan wejangan-wejangan yang bertubi-tubi, padahal itu terkadang tidak diperlukan anak saat berkomunikasi. Terkadang anak hanya perlu diberi ruang melakukan refleksi setelah mencurahkan cerita pada orang tua atau lawan bicara. Walaupun memberi nasihat adalah hal yang bagus namun jika dilakukan dengan cara yang kurang tepat, anak merasa diceramahi pada saat dia tidak membutuhkannya. Maka, yang kami lakukan saat CERKOM mendengarkan dan tanyakan apakah lawan bicara kami memerlukan pandangan berbeda terhadap suatu topik komunikasi yang sedang kami lakukan.

    6. Tidak memberikan kritik apalagi menjatuhkan

Latihan berikutnya dalam CERKOM adalah tidak menjadi keritikus yang selalu memberikan kritik kepada lawan bicara. Tentu tidak asyik jika belum apa-apa lawan bicara kita sudah kita nilai bahkan kita kritik, apalagi jika saat itu kita menggunakan kata-kata yang tidak tepat dan cenderung meremehkan lawan bicara. 

Ternyata setelah kami amati, selain kemampuan berbicara, kemampuan lain yang harus dilatih saat berkomunikasi adalah kemampuan mendengar.

To be continue..






Komentar

Postingan Populer

Tentang Olfactory dan Gustatory

Juma Lau, Tempat Wisata Asri Dekat dari Medan

Serunya Belajar Mind Mapping