Bergerak Bersama


Hari ini adalah hari ke 34 sejak diumumkannya kasus pertama Corona yang terdeteksi di Indonesia oleh Bapak Presiden republik Indonesia. Saat itu, tanggal 2 Maert 2020, Corona Virus atau yang dikenal dengan Covid-19 sudah menjadi pendemi dunia, hampir seluruh negara terinfeksi. Virus yang pertama sekali ditemukan di Wuhan - China ini pada akhirnya masuk ke Indonesia setelah  2 orang warga Depok  berinteraksi langsung dengan Warga Negara Asing (WNA) asal Jepang yang positif Corona.

Sebagimana lazim kita ketahui salah satu cara memutus mata rantai virus corona yang sedang mewabah adalah dengan Stay at Home, tinggal di rumah saja. Tetaplah di rumah jika tidak ada keperluan mendesak selama 14 hari. Namun, tinggal di rumah tanpa kegiatan bermanfaat malah akan mendatangkan kejenuhan bahkan bisa mendatangkan stres. Banyak berita yang bisa mempengaruhi fikiran kita baik sadar atau tidak. Namun tentunya perkembangan bagaimana penanganan virus ini juga harus menjadi perhatian bersama. Berita aktual tentang virus Corona bisa dilihat di kompas.com

Namun, melihat banyaknya masalah yang kita temui saat ini, saya tergerak untuk turut membantu dan menjadi relawan (volunteer). Saya tergerak menjadi relawan, dan melakukan kontribusi yang juga bisa dilakukan dari rumah kita masing-masing.

Ada beberapa tindakan kerelawanan yang bisa kita lakukan walau pun kita tetap berada di dalam rumah, tindakan tersebut antara lain :
  1. Melakukan edukasi kepada keluarga tentang wabah yang sedang dihadapi
  2. Melakukan ibadah bersama di rumah dan sesi bercerita untuk relaksasi dan mengurangi stres karena wabah
  3. Melakukan kegiatan di sosial media yang bermanfaat untuk diri sendiri, lingkungan dan masyarakat
  4. Berbagi ilmu, keahlian dan jaringan yang bisa jadi bermanfaat untuk orang lain
  5. Mengajak keluarga untuk bisa menjadi solusi terhadap efek wabah yang sedang dihadapi
Buat saya, menjadi relawan artinya menjadi solusi terhadap masalah yang dihadapi. Apakah saya akan melayani orang lain?, memang demikian tugasnya, namun hal penting yang harus disadari adalah, bagaimana kita berperan menjadi solusi dari setiap hal yang ditemuai saat menjadi relawan.

Sejak sekolah saya memang senang terlibat menjadi relawan. Baik itu yang dilakukan oleh organisasi kesiswaan di intra sekolah seperti OSIS atau pun di lingkungan organisasi ektrakurikuler sekolah. Seru rasanya bisa terlibat aktif dalam kegiatan yang bisa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Begitu pun dahulu saat menjadi mahaiswa, saat bekerja, bahkan sampai sekarang.

Saat terlibat menjadi relawan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

Menemukan "Big Why" mengapa kita mau terlibat dalam tugas kerelawanan.

Menjadi relawan adalah tugas kemanusiaan. Tugas yang harus siap melayani orang lain setelah diri sendiri benar-benar tercukupi dari perasaan dilayani. Tips untuk melakukan itu adalah dengan menemukan alasan terkuat apa yang mendorong diri kita untuk menjadi volunteer atau relawan. Bagi saya, alasan terkuat saya menyenangi kegiatan kerelawanan adalah ajaran agama saya untuk menjadi sebaik-baiknya manusia.

Untuk bisa menjadi sebaik-baik manusia, dalam agama saya diajarkan untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain. Mengingat orang lain saat saya lapang secara rezeki, lapang secara ilmu, lapang secara waktu dan kesempatan. Tidak pernah diajarkan dalam Islam orang yang paling bertaqwa adalah orang yang sibuk menimbun hartanya saja, menimbun ilmu dan keahlian yang dimiliki, atau orang yang tidak peduli kepada lingkungan sekitar.

Maka, alasan terbesar bagi saya adalah berusaha mengikuti apa yang telah agama saya perintahkan, menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya, menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Mengikuti Orientasi Kerelawanan.

Mengikuti orientasi kerelawanan merupakan proses penting bagi setiap relawan. Setiap relawan harus mengetahui dan memahami tujuan kerelawanan, memahami tugas apa yang harus dilakukan, bagaimana sistem/alur kerja dan pertanggung jawaban. Pada umumnya semua itu diperoleh pada saat orientasi, dan biasanya orientasi  dilaksanakan sebelum semua tugas dimulai.

Orientasi menjadi pijakan bersama bagi semua relawan yang terlibat agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Mempersiapkan mental.

Tugas kerelawanan membutuhkan kesiapan mental yang baik. Tidak jarang kegiatan volunteering atau kerelawanan menimbulkan stres bagi para pelakunya. Perkembangan kondisi dan masalah yang cepat di lapangan, respon cepat dan tepat yang harus diambil, kerja sama tim dalam melakukan kegiatan, bisa jadi malah mendatangkan konflik yang bisa saja berimbas pada stres yang dialami oleh relawan itu sendiri.

Relawan harus berlatih untuk mengatur fokus dan emosi diri. Terjebak dalam konflik yang rentan terjadi dalam tugas kerelawanan tentu harus dihindari. Seorang relawan harus mempersiapkan diri dalam setiap kondisi yang dihadapi.

Memilih jenis  tugas kerelawanan berdasarkan Passion (kecintaan).

Sebagai seorang relawan, kita biasanya bisa meminta tugas kerelawanan berdasarkan passion (kecintaan) yang kita miliki. Misalnya orang dengan passion IT bisa meminta berkontribusi di bidang IT, orang yang bisa dan mahir membuat disain bisa terlibat dalam kampanye, orang yang senang bicara bisa meminta membantu tugas kehumasan, dan lain sebagainya. Maka, bekerja sesuai dengan kecintaan dan keahlian biasanya membuat seorang relawan bisa bekerja secara maksimal.

Biasanya seorang relawan yang telah terlatih dan memiliki jam terbang yang cukup juga bisa memimpin sebuah tim dan melakukan kolaborasi dan koordinasi yang baik dengan beragam orang dengan latar belakang passion yang berbeda.

Volunteering adalah kegiatan bersama (kelompok).

Relawan akan semakin maksimal kerjanya jika dilakukan secara bersama-sama. Namun, bersama-sama saja tidak pernah cukup jika tidak dilakukan dengan manajemen team work yang baik. Kolaborasi adalah Koentji

The rigth man on the rigth place adalah keharusan. Tugas-tugas kerelawanan membutuhan kesigapan dan ketepatan berfikir, bertindak dan mengambil konsekuensi atas tindakan yang dipilih, maka setiap orang harus berdaya dan bekerja sama.

Konflik untuk diatasi.

Saat menjadi relawan, setiap orang bisa jadi terlibat dalam konflik. Oleh karena itu sebagai seorang relawan kita harus belajar menganalisa, memanajemeni konflik yang terjadi. Konflik bukanlah masalah yang tidak ada ujungnya, konflik harus diselesaikan dengan solusi yang win-win, konflik harus menjadi media belajar dan pendewasaan diri.

Tugas kerelawanan adalah kesempatan mengasah kesabaran, berlatih ketekunan dan menerapkan keikhlasan. Karena, sekali lagi, tugas kerelawanan adalah tugas kemanusiaan. 

Menjaga kesehatan fisik.

Kesehatan fisik serta kebugaran tubuh adalah salah satu yang harus menjadi perhatian seorang relawan. Tidak jarang tugas-tugas kerelawanan menyita waktu dan tenaga. Hal tersebut tentunya bisa mempengaruhi kinerja kita. Mejaga tubuh tetap prima adalah satu keharusan bagi setiap relawan. Bahkan dalam prinsip survival, proses bertahan hidup dan melakukan pertolongan itu sejatinya adalah proses menolong diri terlebih dahulu dangan cara memastikan diri sehat wal afiat.

Beberapa flyer tugas kerelawanan yang dilakukan saat ini :

Kerelawanan dari Ibu Profesional

Kerelawanan dari Pengajian Alumni SMUNTIG Medan

Kerelawanan digagas oleh Yayasan Senyum Dunia

Kerelawanan yang digagas MW KAHMI SUMUT

Kerelawanan yang digagas PP IKA USU

Nah, tidak ada alasan untuk tidak bergerak bersama, kita semua bisa terlibat, menjadi relawan sejak dari dalam rumah. Dan jangan lupa, bergerak dari rumah bukan harus keluar rumah jika tidak ada urusan yang penting untuk dilakukan. Ayo bergerak bersama!

#catatan13
#kelaskepompong
#bundacekatan
#ibuprofesional
#stayathome
#ibusiaga
#ibulawancorona

Komentar

  1. Kita harus yakin Indonesia menang melawan Corona. Indonesia bangsa paling peduli dan penolong di dunia. Kl kita bersama sama saling support dan membantu, insyaAllah pendemi segera berakhir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar..harus bekerja sama dan tetap semangat..🙂

      Hapus
  2. Siaga setidaknya untuk keluarga ya kak. Selanjutnya bisa deh diperluas untuk lingkungan.

    Kebetulan di lingkungan sedang diadakan penyemprotan desinfektan mandiri oleh kepala lingkungan. Setidaknya kita bisa ikut berpartisipasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..kita mulai dari rumah dan lingkungan kita..berdaya bersama..

      Hapus
  3. wah keren kak elvaaa, disaat pndemik begini, jarang org mau jd volunteer, trlebih agak parno sm situasi skrg 🥺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul. Hebat de. .
      Saya aja mikir mau jadi relawan.
      Salut buat mba Elva.
      Tetap semangat

      Hapus
    2. Relawan dari rumah juga bisa..berdonasi, membantu tetangga, diam di rumah dan pakai masker.
      Sehat dan semangat kita semua ya..🤩

      Hapus
  4. Wah, Elva sempat ya ikutan relawan IP itu, saya gak huhuu... PR anak2 tiap hari wajib setor video 2 s.d 3 video, belum lg tupoksi dr kampus, fyuhh asalkan imun tubuh awak dan anak2 gak turun dah syukur kali. Mantul ah bisa berbuat lebih buat orang lain. Yakusa!

    BalasHapus
  5. Aku kemarin bersama beberapa teman blogger sepakat untuk menulis artikel yang berkaitan dengan pengetahuan Covid-19, meskipun setiap orang keadaannya berbeda-beda tapi masing-masing bisa berkontribusi sesuai kemampuan. Yes, bersama kita bisa. Semoga wabah ini cepat berlalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren itu ka..setidaknya kita faham apa yang kita hadapi bersama..stay at home..👋🤗

      Hapus
  6. Jadi relawan bisaa merasakan kebahagiaan yg jarang dirasakan. Karena bisa membantu sesama, merasa bermanfaat bagi orang dan lingkungan sekitar. Salut buat mbak elva yang masih bisa menjadi relawan saat wabah begini. Tetap semangat ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu cara agar saya tidak cemas adalah menjadi relawan ini mba..🙂

      Dan terus berdo'a agar apa yang dilakukan bermanfaat..

      Hapus
  7. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah datang berkunjung ke blog saya..🤗

    BalasHapus
  8. Saya malah belum bisa menjadi relawan. Mungkin awalnya yang berpikir ingin ini itu malah tidak terlaksana. Misalnya semakin dekat jika keluarga berada di rumah. Tapi faktanya, semuanya malah fokus dirinya masing-masing dan terasa jauh. Saya yang sibuk mengolah waktu belajar tapi gagal terus eh malah tidur, sedangkan saudara saya malah fokus games setiap hari tanpa henti. Jadi bingung sayanya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer

Tentang Olfactory dan Gustatory

Juma Lau, Tempat Wisata Asri Dekat dari Medan

Serunya Belajar Mind Mapping