Ibu Cerdas Literasi Digital

Jumlah pengguna gawai di Indonesia saat ini mencapai 174 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring perkembangan teknologi. Dari jumlah itu perlu pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta jiwa. Saya baru mengetahui bahwa jumlah ini setara dengan penjumlahan total penduduk di tiga negara yakni Malaysia, Thailand dan Singapura. 

Namun, pemahaman dan pengetahuan literasi digital di Indonesia masih minim dan perlu ditingkatkan, khususnya di kalangan orang tua di antaranya ibu yang banyak memiliki interaksi dan melakukan pengasuhan kepada anak. Digitalisasi yang masuk dalam ruang keluarga belum disertai dengan peningkatan kapasitas ibu yang berhubungan dengan literasi digital.

Suatu ketika saya membaca bahwa Menteri Komunikasi dan Informatika, Bapak Rudiantara mengatakan, perkembangan digital teknologi tidak bisa kita hentikan, namun melalui literasi digital, diharapkan para pengguna bisa memilah dan memilih apa yang akan dilihat, didengar dan dibaca dari dunia maya yang begitu pesat perkembangannya. 

Lebih lanjut beliau menyatakan  di sela-sela diskusi Kebaya Kopi dan Buku bertema Ibu Cerdas di Era Digital, "Ibu harus tahu bagaimana mengakses Youtube, akun Facebook. Membuat ibu lebih pintar dari anak juga diperlukan". Diskusi ini dilaksanakan di ruang serba guna Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), di Jakarta, Sabtu (16/12).

Saat ini Kominfo gencar sekali melakukan sosialisasi literasi digital terutama di daerah yang sudah memiliki infrastruktur teknologi. Hal ini adalah upaya agar para ibu yang memiliki anak dan anaknya kini tumbuh dan berkembang pada era generasi. Anak-anak yang disebut sebagai anak milenial ini didorong untuk melek literasi digital. Pemerintah pun terus mendorong sosialisasi literasi digital agar masyarakat bisa memanfaatkan teknologi digital dengan bijak.

Peran ibu dalam pengasuhan anak sangat besar. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi ananda dan keluarga. Di era digital saat ini ibu juga harus memiliki kemampuan memahami teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Pendampingan ibu kepada anaknya yang juga dekat dengan dunia teknologi digital harus dilakukan. Seorang ibu harus cerdas literasi digital yang berkaitan dengan pengasuhan anak agar anak tumbuh secara positif.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Bapak Rudiantara juga mengatakan "Konten saat ini yang disebarkan dengan teknologi digital, bisa positif atau negatif. Jika ibu bilang anak jangan masuk konten tertentu berarti ibu minimal punya kemampuan untuk mengetahui bagaimana isi konten tersebut," ucapnya.

Di sisi lain, kita juga mendapatkan banyak hal positif dari perkembangan teknologi digital. Ibu bisa memanfaatkan teknologi digital untuk berkarya dan memanfaatkan peluang untuk meningkatkan ekonomi seperti berjualan hasil masakannya yang diunggah ke media sosial, aktif dalam kegiatan komunitas ibu dan sebagainya.

Seperti yang saya lakukan bersama member Ibu Profesional Sumatera Utara, hari ini kami belajar bagaimana merencanakan sebuah acara dengan memanfaatkan teknologi digital. Ibu Profesional Sumatera Utara melaksanakan Workshop bagaimana membuat aplikasi pendaftaran event dengan sistem QR-Code. Kegiatan ini dilaksanakan di salah satu resto mi ayam yang terkenal di Kota Medan. 

Sebagai komunitas yang memiliki kegiatan baik luring atau pun daring, kami menginginkan agar kegiatan yang kami lakukan bisa diakses secara online. Dan, kami juga membutuhkan informasi dan latihan bagaimana membuat dan menggunakan QR-Code yang akan mempermudah pengolahan data dan tentu saja bisa menghemat waktu, tenaga dan biaya. 

Menyelenggarakan kegiatan keluarga yang berbasis digital menjadi harapan kami semua, maka hari ini kami berlatih bersama membawa perangkat digital baik gawai dan laptop untuk praktek bersama.

Workshop yang berlangsung selama 4 jam ini kami lakukan bersama keluarga, anak-anak terbiasa melihat kami para ibunda mereka, belajar bersama. Kami terbiasa saling menjaga ananda yang ikut hadir saat proses belajar. Para suami juga ikut menemani, dan kami tetap belajar walau pun terkadang diselingi dengan celetukan kebingungan saat apa yang kami lakukan tidak berhasil.

Walau proses memahami instruksi digital harus dilakukan perlahan, kami sudah mampu membuat desain kegiatan yang berbasis digital, dan melihat barcode yang kami buat bersama-sama dengan susah payah, rasa senang tak terhingga pun tidak bisa kami sembunyikan. 

Yah, kami member Ibu Profesional.

Don't teach me, I love to learn.


Komentar

Postingan Populer

Tentang Olfactory dan Gustatory

Juma Lau, Tempat Wisata Asri Dekat dari Medan

Serunya Belajar Mind Mapping