Mengembangkan fitrah keimanan dengan cara mendidik anak lewat checklist ibadah

Suatu hari menjelang Ramadhan beberapa tahun yang lalu, salah satu senior saya menyinggung checklist ibadah. Diskusi ini menarik karena langsung ada dua kubu, setuju dengan penerapan checklist ibadah dan ada yang tidak setuju.

Saya termasuk ke dalam bagian "orang yang MENYETUJUI" penggunaan checklist tersebut.

Kemarin, Ustad Harry Santosa menyinggung tentang penggunaan checklist ibadah ini. Tulisan lengkap beliau busa dilihat di link berikut ini : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10215398566547493&id=1536815060

Setelah membaca dengan seksama tulisan ini, seperti biasa Ustad ingin para orang tua berfikir ulang tentang apa yang dilakukan oleh orang tua dalam menumbuh kembangkan fitrah belajar anak.

Kembali ke penggunaan checklist, saya merupakan orang tua yang belajar mengembangkan cara mendidik anak dengan penggunaan checklist-checklist pada anak-anak saya.

Sekali lagi ini hanya cara saja, salah satu metode belajar dan mengajarkan yang kami gunakan. Sebagai cara, metode, atau pun nilainya hanya alat yang kami gunakan untuk mempermudah kami mengajarkan dan membiasakan hal positif pada anak-anak.

Sebelum menggunakan checklist baik itu untuk keperluan akademik, ibadah atau pun membiasakan kebaikan-kebaikan ada yang harus difahami dan dijalankan oleh saya dan suami sebagai orang dewasa pendamping utama proses belajar anak.

1. Hal utama yang harus ditanamkan kepada orang tua, orang tua harus bersabar dan memahami tahapan mengajarkan sesuatu kepada anak-anak. Menjelaskan "MENGAPA/WHY" sesuatu hal harus diketahui atau dipelajari anak adalah keharusan buat keluarga kami.
2. Chekclist hanyalah salah satu cara/metode/alat yang berfungsi memudahkan penyampaian  materi pada anak. Jadi jangan sampai malah disusahkan oleh checklist ya..😋
3. Checklist bukanlah indikator utama keberhasilan. Berbeda dengan penerapan checklist pada orang dewasa atau pun mungkin di dunia kerja, checklist yang kami berlakukan berfungsi sebagai penghubung transfer iman, ilmu dan amal pada anak-anak kami.
Jadi bukan hanya banyak-banyak check atau bintang atau pun bentuk apresiasi lainnya. Setelah menjelaskan sisi WHY (hal yang mendasari, dan biasanya kami kaitkan dengan alasan berbuat atau pun melakukan sesuatu karena ibadah pada Allah SWT), Umi dan abi berkewajiban menjelaskan bagaimana checklist digunakan (sisi kejujuran yang dibiasakan), dan sebagai amal mereka, selain MENGISI CHECKLIST dengan rasa senang, orang dewasa juga berkewajiban untuk menemani dengan sabar bagaimana anak-anak mengisi checklist sampai pada akhirnya hanya mengotorisasi dengan memberi paraf atau tanda tangan.
4. Pada akhirnya, orang dewasa di rumah hanyalah fasilitator yang akan mendampingi pengembangan checklist sesuai dengan kebutuhan proses belajar anak, minat anak, sampai kepada hal-hal yang akan memotivasi anak agar lebih terbiasa berprestasi.
5. Sebagai orabg tua, terkhusus saya yang memiliki bakat fokus rendah, saya menggunakan checklist sebagai upaya tetap konsisten dengan apa yang saya lakukan bersama anak-anak. (Emaknya sering terlaihkan 😄)

Ini penyadaran kami di keluarga kecil kami.

Nah sedikit bercerita, awalnya saya menggunakan checklist yang saya buat dengan excel, warna-warni paling banter ya kan..trus pakai rumus beberapa lah walau pada akhirnya saya lihat seperti laporan keuangan saya aja, dan yah bagi anak-anak kurang menarik lah 😁..tetapi umi ga kehilangan akal lah..anak-anak boleh menggambar, mewarnai checklistnya..
Saat ini saya biasa menggunakan viturnya canva.com agar checklist lebih menarik bagi anak-anak.
(Sssuuuttt..untuk beberapa checklist saya tetap menggunakan excel) 😁



Seiring emak yang bosan dan merasa kok kurang ya checklistnya, trus kalau begini terus bisa mati kartu neh..😎

Langkah yang saya lakukan, mari berburu ide..

Saat ini banyak sekali media yang bisa digunakan sebagai salah satu jalan memperkaya perbendaharaan kemampuan orang tua membuat atau pun hanya menngunduh sebagai pengguna checklist, baik secara gratis atau pun berbayar. Bahkan dalam bentuk aplikasi pun sudah banyak dan bisa digunakan.

Salah satunya bisa ke familiakreativa.blogspot.co.id

Bahkan setelah mendalami Talent Mapping dan beberapa ilmu parenting lainnya, pada akhirnya kembali ke checklist juga loh..

Saat ini saya sedang mengobservasi bakat dan kekuatan anak, checklist yang saya gunakan adalah kesatuan Pandu 45 yang dibuat oleh Pak Dodik dan bunda Septi sebagai pengembangan Talent Mapping-nya Abah Rama dalam menemukan bakat dan kekuatan keluarga.

Pandu 45 bisa dilihat di link berikut https://drive.google.com/file/d/1dAsCA92C1-iNu3HhJdjr85JqxlQ4aYFe/view

Buat ibu bapak guru, sebernya sih ini sudah familiar ya, seperti checklist pencapaian siswa juga. Hal yang membedakan obserbasi ini dinilai baik secara kuantitas kegiatan maupun kualitasnya.

Saya teringat juga membuat jurnal anak yang disarankan Ustad Harry saat mendampingi beliau dalam sebuah seminar, sekarang ini jurnal tersebut sudah mengarah pada portofolio anak. Oh ya..aplikasi yang membantu melakukan ini juga sudah ada dibuat okeh mba Farda dari Jatim.





Checklist hanyalah cehcklist kalau orang dewasa tidak memahami mengapa dan untuk apa digunakan. Bahkan bagi orang tua checklist ini pilihan saja, mau menggunakannya atau tidak. Tidak ada yang memberi angka dalam rapot sekolah juga kan ya.

Namun buat kami, sekali lagi buat kami, justru checklist salah satu cara/metode/alat yang digunakan bersama orang dewasa lainnya yang turut andil dalam proses belajar anak-anak.

Jadi jika di sekolah ada guru yang juga menggunakan ini, bahkan jadilah kami penyebar virus berbagai checklist. Bukan angka/check/bintang atau apapun yang jadi tujuan, tetapi proses belajar sebagai kesatuan, dan ini hanya upaya menyakan frekuensi. Jika guru tidak sempat, ayo virusi ortu lainnya..😊

Bahkan untuk ayah bunda, kami mengajak ayok kita tingkatkan kemampuan mendidik kita dengan hadirnya checklist, bukan malah membutakan mata hati kita dan berfokus pada nilai-nilai ada presentasi pencapaian anak. Jika itu pun dilakukan, kami menyarankan itu arsipkan saja di file berbeda dan hanya menjadi catatan orang tua hingga ananda siap membuat, menilai dan menerapkan indikator keberhasilannya sendiri.

Hal ini saya pelajari juga saat menepi di kelas MAGANG AB HOME-nya mba Diena Syafira di Bogor. Dan kereeeen bingits loh proses transfer iman, ilmu dan amalnya..

Checklist, jurnal, portofolio tidak akan bermanfaat jika tidak diikat dengan makna bahwa setiap diri akan dimintai pertanggung jawabannya atas apa yang dilakukan di dunia ini, dan hanya Taqwalah yang menentukan kualitas kita dihadapan Allah SWT. Semoga dengan uapaya yang kita lakukan menghantarkan anak-anak pada potensi produktifnya sehingga Taqwa jelas terlihat dari sekecil apapun kegiatan yang dilakukan oleh ananda.

Lalu bagaimana manfaat langsung pada anak??, semoga ada tulisan berikutnya yah..😄😎

Ahh..sejatinya kita lah yang banyak belajar dari anak ya..

Semoga Allah memberkahi proses belajar kita baik dari orangtua, guru-guru atau pun media pembelajaran lainnya.

Saya fikir dari sebuah tulisan ustad Herry Santosa saya tersadar bahwa "Pentingnya menarik NILAI dalam setiap upaya kita melakukan pendampingan proses belajar anak". Itulah yang akan membuat saya tidak terjebak dan mencederai proses belajar anak sesuai fitrahnya.

Dan terkhusus buat saya, checklist ini pengobat rasa syukur saya dan proses menghargai diri sendiri yang saya butuhkan. Saya yang tidak cukup dengan hiburan suami saya yang menyatakan saya istri dan ibu yang baik untuk keluarga kami memerlukan checklist-checklist ini untuk saya pegang, bolak-balik, corat-coret dan membahasnya dengan suami untuk memenangkan saya dari perasaan galau yang tidak perlu.
Setiap orang memudahkan dan menyenangkan diri dengan cara yang berbeda bukan?, begitu pun saya dan anda yang membaca mungkin. 😉

Dan penutup, dalam sebuah kajian dari maaf saja lupa apakah dari Ustad Kahlid Basalamah atau Syafiq Riza Basalamah , dituturkan, cukuplah tawakkal sebagai penghibur diri setelah sabar dilakukan tanpa putus. Bukan berarti kita terbebas dari ujian atas anak kita setelah melakukan upaya mendidik sesuai fitrah anak yang merupakan amanah dari Allah SWT.



Wallahu'alam




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer

Tentang Olfactory dan Gustatory

Juma Lau, Tempat Wisata Asri Dekat dari Medan

Serunya Belajar Mind Mapping