Tantangan 8 : Membedakan kebutuhan dan keinginan
#tantangan8
#rezekiitupastikemuliaanlahyangharusdicari
#cerdasfinancial
#kelasbunsayiip
Melatih kepekaan membedakan kebutuhan dengan keinginan adalah hal yang harus dilakukan terus menerus. Bukan hanya pada anak-anak tetapi juga orang dewasa yakni orang tua jika di rumah.
Kali ini contoh kasusnya adalah pembelian sebuah barang untuk anak-anak.
Hilmi dengan gaya melobi tingkat tinggi mengajak kami berdiskusi dan terus memunculkan nilai positif dari barang yang dia sangat ingin memilikinya.
Banyak sekali trik yang dilakukan oleh Hilmi, mulai dari merasionalisasikan kami agar membeli barang yang dia jagokan. Lalu dia juga berinisiatif membantu kami secara patungan agar dia bisa mempengaruhi kami dengan komitmentnya.
Saya fikir saat yang tepat menegaskan bahwa sebelum membeli suatu barang maka menentukan apakah barang tersebut memang dibutuhkan atau hanya keiinginan Hilmi untuk memilikinya.
Kalau kebutuhan maka barang tersebut wajiab ada karena tanpa barang tersebut pekerjaan jadi tertunda misalnya, tapi jika hanya keinginan maka tanpa adanya barang tersebut tidak akan berdampak langsung atas pekerjaan Hilmi.
Lama dia memahami, tapi ya tidak mengapa, perlahan dengan semakin banyak contoh yang konkrit Hilmi semakin bisa membedakan barang yang dia benar-benar butuhkan dan barang yang sebenarnya hanya ia inginkan.
#rezekiitupastikemuliaanlahyangharusdicari
#cerdasfinancial
#kelasbunsayiip
Melatih kepekaan membedakan kebutuhan dengan keinginan adalah hal yang harus dilakukan terus menerus. Bukan hanya pada anak-anak tetapi juga orang dewasa yakni orang tua jika di rumah.
Kali ini contoh kasusnya adalah pembelian sebuah barang untuk anak-anak.
Hilmi dengan gaya melobi tingkat tinggi mengajak kami berdiskusi dan terus memunculkan nilai positif dari barang yang dia sangat ingin memilikinya.
Banyak sekali trik yang dilakukan oleh Hilmi, mulai dari merasionalisasikan kami agar membeli barang yang dia jagokan. Lalu dia juga berinisiatif membantu kami secara patungan agar dia bisa mempengaruhi kami dengan komitmentnya.
Saya fikir saat yang tepat menegaskan bahwa sebelum membeli suatu barang maka menentukan apakah barang tersebut memang dibutuhkan atau hanya keiinginan Hilmi untuk memilikinya.
Kalau kebutuhan maka barang tersebut wajiab ada karena tanpa barang tersebut pekerjaan jadi tertunda misalnya, tapi jika hanya keinginan maka tanpa adanya barang tersebut tidak akan berdampak langsung atas pekerjaan Hilmi.
Lama dia memahami, tapi ya tidak mengapa, perlahan dengan semakin banyak contoh yang konkrit Hilmi semakin bisa membedakan barang yang dia benar-benar butuhkan dan barang yang sebenarnya hanya ia inginkan.
Komentar
Posting Komentar